Kamis, 03 Juli 2014

Pendidikan_Pragmatik

Pragmatik
Tindak Tutur Perlokusi Pengasuh Terhadap Anak Asuhnya


BAB 1
PENDAHULUAN
 
1.1  Latar Belakang
Ekspresi dalam wujud tindakan berbahasa atau mengeluarkan ujaran dianggap sebagai suatu tindakan. Tindakan itu dapat disebut tindakan berbicara, tindakan berujar atau tindak bertutur. Istilah yang sering dipakai untuk mengacu tindakan itu adalah tindak tutur. Tindak tutur adalah tindakan bertutur untuk menyampaikan maksud ujaran atau tuturan kepada mitra tutur. Oleh karena itu, penggunaan bahasa di dalam masyarakat dapat dilihat adanya pemanfaatan bentuk tindak tutur untuk menyampaikan informasi.
Di dalam tindak tutur terdapat tiga jenis tindakan yang diwujudkan oleh seorang penutur. Tiga tindakan itu adalah lokusi, ilokusi, dan perlokusi (Searle 1976: 23-24). Tindak lokusi dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Lokusi semata-mata merupakan tindak tutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan makna kalimat sesuai dengan makna kata itu menurut kaidah sintaksisnya. Tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu.berbeda dengan lokusi, tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.
Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of Affecting Someone. Tuturan yang diucapkan oleh seseorang penutur seringkali memiliki efek atau daya pengaruh bagi yang mendengarkan. Efek atau daya pengaruh ini dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja dikreasikan oleh penuturnya.
Tuturan setiap orang mempunyai maksud yang berbeda-beda. Tak jarang tuturan tersebut mempunyai efek atau daya pengaruh terhadap mitra tutur. Demikian halnya dengan tuturan seorang pengasuh kepada anak anak asuhnya. Seringkali tuturan dari seorang pengasuh mempunyai daya pengaruh terhadap anak asuhnya atau dengan kata lain mengandung tindak perlokusi.

1.2  Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut.
1.      Seperti apa tuturan pengasuh sehingga dapat mempengaruhi mitra tutunya yaitu anak asuhnya ?
2.      Bagaimana pengaruh tuturan pengasuh kepada anak asuhnya ?

1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui seperti apa tuturan pengasuh dan bagaimana pengaruhnya terhadap mitra tuturnya yaitu anak asuhnya. 


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 REVIEW JURNAL
            Pengamen Merubah Pemikiran dengan Tuturan Perlokusi
             ( Oleh: Retno Gandaresmi Fitroh )
Seiring dengan perkembangan jaman, memperoleh lapangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sangatlah sulit. Oleh karena itu, tidak sedikit penduduk Indonesia mencari nafkah dengan cara mengamen. Pengamen dapat ditemui kapan dan di mana saja, baik di kota maupun sampai ke pelosok desa. Dari setiap kumpulan pengamen, akan muncul suatu tuturan yang berbeda dari setiap orangnya, tuturan tersebut akan membuahkan hasil berbeda pula. Banyak penilaian masyarakat terhadap tindak tutur dari para pengamen yang terkadang menghasilkan sebuah tindak tutur yang dapat dianalisis dengan perlokusi.
Tindak tutur merupakan satuan terkecil dari pragmatik. Pragmatik sendiri merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa. Dengan menganalisis tindak tutur perlokusi seorang pengamen, akan diketahui bagaimana tuturan yang dikatakan oleh pengamen dapat merubah pemikiran seseorang. Sehingga orang itu melakukan suatu tindakan yang diharapkan oleh pengamen tersebut.
Penelitian tindak tutur perlokusi ini  dilakukan untuk memecahkan berbagai permasalahan. Pertama, mengetahui saperti apa tuturan pengamen sehingga dapat mempengaruhi mitra tuturnya yaitu penumpang di dalam bis. Kedua, seberapa besar tuturan pengamen mempengaruhi mitra tuturnya. Ketiga, hubungan tindak tutur perlokusi dengan pembelajaran terutama pembelajaran bahasa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk menganalisis tindak tutur pengamen adalah teknik rekam, teknik simak dan teknik catat. Penulis merekam tuturan pengamen yang berada di dalam bis. Kemudian menggunakan teknik simak, dimana penulis memasukan data rekaman yang di dapat ke dalam laptop dan memutarnya berulang-ulang serta menyimak setiap kata yang dituturkan oleh pengamen tersebut. Setelah itu, penulis menuangkan tuturan pengamen tersebut ke dalam tulisan.
Penulis menganalisis data yang diperoleh dengan analisis tindak tutur perlokusi. Penulis menggunakan analisis tindak tutur perlokusi karena tuturan pengamen dapat merubah pemikiran seseorang dan dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh sang pengamen.

Tuturan Pengamen
itulah beberapa tembang yang dapat kami bawakan
semoga dapat berkenan di hati para penumpang
mohon maaf apabila kami mengganggu kenyamanan anda semua
semoga anda semua selamat sampai tujuan
jangan lupa cek kembali barang bawaan anda seperti dompet dan hand phone jangan sampai ketinggalan
kami tidak meminta nilai yang besar, kami hanya meminta uang kecil saja,
jika anda tidak suka dengan kami, anda tidak perlu berpura-pura tidur atau sibuk smsan
jika anda tidak akan memberi alangkah baiknya anda membalasnya dengan lambaian tangan dan senyuman
karena itu akan membuat kami lebih merasa dihargai
terima kasih kepada para penumpang
sekian dari kami, akhir kata kami ucapkan terima kasih

Dalam tuturan di atas, terdapat beberapa kalimat yang mengandung tindak tutur perlokusi, diantaranya sebagai berikut.
a.    Jangan lupa cek kembali barang bawaan anda seperti dompet dan hand phone jangan sampai ketinggalan. Kalimat ini mempengaruhi mitra tutur yaitu penumpang bis untuk lebih berhati-hati dan menegecek barang bawaannya masing-masing.
b.    Kami tidak meminta uang yang besar, kami hanya meminta uang kecil saja. Tuturan tersebut mempengaruhi penumpang untuk memberi pengamen uang meskipun dalam jumlah yang kecil.
c.    Jika anda tidak suka dengan kami, anda tidak perlu berpura-pura tidur atau sibuk smsan. Kalimat ini juga merupakan tindak perlokusi yang dituturkan oleh pengamen. Maksud dari tuturan ini adalah agar penumpang tidak berpura-pura tidur saat pengamen bernyanyi dan selesai bernyanyi. Hal ini dikarenakan tidak sedikit penumpang yang memang berpura-pura tidur untuk menghindari pengamen.
d.   Jika anda tidak akan memberi alangkah baiknya anda membalasnya dengan lambaian tangan dan senyuman. Kalimat tersebut adalah tindak perlokusi terakhir yang dari tuturan pengamen. Tuturan ini dimaksudkan agar penumpang memperlakukan pengamen dengan lebih baik. Walaupun penumpang tersebut tidak memberi uang kepada pengamen, akan tetapi pengamen merasa lebih dihargai ketika penumpang tersebut tersenyum dan melambaikan tangannya apalagi jika ditambah dengan mengucapkan kata maaf. Ketika penumpang melakukan tindakan tersebut, pengamen pun merasa lebih dihargai daripada penumpang menghindar dari pengamen dengan alasan tidur dan lainnya. Jadi, dari tindak perlokusi ini dapat terjadi saling menghormati antar sesama, tidak ada yang tersakiti karena tindakan atau sebuah tuturan yang kurang baik.
Setiap perkataan seseorang mempunyai maksud dan tujuan yang tidak sama. Tuturan dari seorang penutur dapat mempengaruhi mitra tuturnya, tak terkecuali tuturan dari seorang pengamen dapat mempengaruhi mitra tuturnya baik dari kalangan pejabat sekalipun. Tuturan dapat mempengaruhi karena tidak memandang siapa penuturnya dan siapa mitra tuturnya. Namun yang berpengaruh dan berperan penting adalah seberapa besar tuturan yang dikatakan penutur sehingga dapat mempengaruhi mitra tutur baik kapan dan di manapun tempatnya.


2.2 PENERAPAN JURNAL

APLIKASI TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PENGASUH KEPADA ANAK ASUHNYA
Tuturan seorang pengasuh seringkali mengandung tindak perlokusi, mempunyai daya pengaruh terhadap mitra tutur ( anak asuh ) untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh penutur. Ada beberapa verba yang menandai tindak perlokusi. Beberapa verba itu antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, dan mearik perhatian.
Berikut ini adalah percakapan seorang pengasuh kepada anak asuhya yang masih berumur 5 tahun, yang mengandung tindak perlokusi dengan verba menakut-nakuti agar anak asunya mau makan sayur dan berdoa terlebih dahulu sebelum makan.
Anak       : “ Mbak, aku njaluk maem !”
Pengasuh: “ Iya, tak jupukna maem dhisek ya, Kak.”
Anak      : “ Iya mbak.”
Pengasuh:  “ Iki maeme, Kak.”
    ( pengasuh mengambilkan makan anak asuhnya dengan lauk sayur dan ikan)
Anak      : “ Alah, aku moh maem ah mbak nek ana sayure.”
Pengasuh: “ Mengko nek ora gelem maem karo sayur awake gampang lara lho, Kak.”
Anak       : “ Ahh..mesti ngapusi ta mbak ?”
Pengasuh: “ Tenan, Kak. Tanggane Mbak Yanik ana sing ora gelem maem sayur kuwi ta bocahe gampang lara. Awake saiki dadi cungkring cilik banget.”
Anak      : “ Ya wis lah mbak, aku gelem maem sayur.”
                 ( anak melahap makanannya tanpa berdoa terlebih dahulu )
Pengasuh: “ Kakak, nek maem ora donga dhisek kuwi kancane syetan lho.
Anak      : “ Iya, iya mbak tak donga dhisek.”
Berdasarkan teks percakapan di atas, dapat ditemukan beberapa tuturan pengasuh yag mengandung tindak perlokusi, diantaranya:
a.    Mengko nek ora gelem maem karo sayur awake gampang lara lho, Kak.
     Tuturan tersebut mengandung tindak perlokusi karena mempunyai maksud untuk mempengaruhi mitra tutur. Dalam hal ini, seorang pengasuh mengatakan kalimat tersebut kepada anak asuhnya untuk membujuk agar mau makan sayur.
b.    Kakak, nek maem ora donga dhisek kuwi kancane syetan lho.
     Tuturan pengasuh kepada anak asuhnya tersebut merupakan tindak perlokusi karena mempunyai efek terhadap mitra tutur. Pengasuh menuturkan kalimat tersebut bermaksud menakut-nakuti anak asuhnya yakni kalau makan tidak berdoa terlebih dahulu adalah temannya syetan. Tuturan tersebut mempengaruhi anak asuhnya sebagai mitra tutur untuk berdoa terlebih dahulu sebelum makan.


BAB III
PENUTUP

3.    1  KESIMPULAN
Satuan terkecil dari pragmatik adalah tindak tutur (speech act) dan mengkaji maksud suatu ujaran. Pembahasan tindak tutur dalam pragmatik menitik beratkan pada tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Lokusi adalah suatu tindak tutur yang menyatakan sesuatu, semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa ada tendensi untuk melakukan sesuatu dan mempengaruhi lawan bicaranya. Ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan dimana tindak tutur tersebut dilakukan. Ilokusi memiliki fungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Perlokusi, tindak tutur yang pengajarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tuturan seseorang terkadang dapat mempengaruhi atau terjadi suatu efek bagi pendengarnya. Efek yang timbul ini bisa terjadi dengan sengaja ataupun tidak disengaja.
Penerapan tindak perlokusi dianggap tepat untuk memberikan efek pengaruh kepada mitra tutur. Selain itu, dalam tuturan perlokusi ini mitra tutur secara tidak sadar telah diberikan daya pengaruh hasil kreasi penutur baik yang disengaja maupun tidak sengaja. Ada beberapa verba yang menandai tindak perlokusi. Beberapa verba itu antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, dan mearik perhatian.
Tindak tutur perlokusi akan memberi efek atau daya pengaruh terhadap mitra tuturnya baik siapa, kapan, dan di mana tuturan itu berlangsung. Tuturan pengamen di sebuah bus merupakan tindak perlokusi karena mempunyai efek pengaruh terhadap mitra tutur yaitu penumpang bis untuk memberinya uang. Begitu pula dengan tuturan seorang pengasuh kepada anak asuhnya. Tuturan pengasuh mengandung tindak perlokusi dengan verba menakut-nakuti anak asuhnya. Tuturan pengasuh mempunyai pengaruh terhadap anak asunya supaya mau makan sayur dan berdoa dahulu sebelum makan.

3.    2  SARAN
     Bahasa merupakan alat komunikasi dalam berinteraksi dalam masyarakat, terutama dalam melakukan sebuah tuturan. Dalam melakukan sebuah tuturan atau tindak tutur, seseorang hendaknya menerapkan tindak perlokusi dalam tuturannya untuk mempengaruhi mitra tutur agar bertindak sesuai dengan keinginan si penutur.



DAFTAR PUSTAKA

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV. IKIP Semarang Press.
Wijaya, I Dewa Putu. Dasar-dasar pragmatik. Yogyakarta: ANDI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar