Pragmatik
Tindak Tutur Perlokusi Pengasuh
Terhadap Anak Asuhnya
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekspresi dalam
wujud tindakan berbahasa atau mengeluarkan ujaran dianggap sebagai suatu
tindakan. Tindakan itu dapat disebut tindakan berbicara, tindakan berujar atau
tindak bertutur. Istilah yang sering dipakai untuk mengacu tindakan itu adalah
tindak tutur. Tindak tutur adalah tindakan bertutur untuk menyampaikan maksud
ujaran atau tuturan kepada mitra tutur. Oleh karena itu, penggunaan bahasa di
dalam masyarakat dapat dilihat adanya pemanfaatan bentuk tindak tutur untuk
menyampaikan informasi.
Di dalam tindak
tutur terdapat tiga jenis tindakan yang diwujudkan oleh seorang penutur. Tiga
tindakan itu adalah lokusi, ilokusi, dan perlokusi (Searle 1976: 23-24). Tindak
lokusi dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Lokusi semata-mata merupakan
tindak tutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan makna kalimat
sesuai dengan makna kata itu menurut kaidah sintaksisnya. Tindak ilokusi adalah
tindak melakukan sesuatu.berbeda dengan lokusi, tindak ilokusi merupakan tindak
tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. Tindak perlokusi
adalah tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra
tutur.
Tindak perlokusi disebut sebagai The Act of Affecting Someone. Tuturan
yang diucapkan oleh seseorang penutur seringkali memiliki efek atau daya
pengaruh bagi yang mendengarkan. Efek atau daya pengaruh ini dapat terjadi
karena disengaja ataupun tidak disengaja dikreasikan oleh penuturnya.
Tuturan setiap orang mempunyai maksud yang
berbeda-beda. Tak jarang tuturan tersebut mempunyai efek atau daya pengaruh
terhadap mitra tutur. Demikian halnya dengan tuturan seorang pengasuh kepada
anak anak asuhnya. Seringkali tuturan dari seorang pengasuh mempunyai daya
pengaruh terhadap anak asuhnya atau dengan kata lain mengandung tindak
perlokusi.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini sebagai berikut.
1. Seperti
apa tuturan pengasuh sehingga dapat mempengaruhi mitra tutunya yaitu anak
asuhnya ?
2. Bagaimana
pengaruh tuturan pengasuh kepada anak asuhnya ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan
pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui seperti apa tuturan
pengasuh dan bagaimana pengaruhnya terhadap mitra tuturnya yaitu anak asuhnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 REVIEW JURNAL
Pengamen
Merubah Pemikiran dengan Tuturan Perlokusi
( Oleh: Retno Gandaresmi Fitroh )
Seiring dengan perkembangan
jaman, memperoleh lapangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sangatlah
sulit. Oleh karena itu, tidak sedikit penduduk Indonesia mencari nafkah dengan
cara mengamen. Pengamen dapat ditemui kapan dan di mana saja, baik di kota
maupun sampai ke pelosok desa. Dari setiap kumpulan pengamen, akan muncul suatu
tuturan yang berbeda dari setiap orangnya, tuturan tersebut akan membuahkan
hasil berbeda pula. Banyak penilaian masyarakat terhadap tindak tutur dari para
pengamen yang terkadang menghasilkan sebuah tindak tutur yang dapat dianalisis
dengan perlokusi.
Tindak tutur merupakan satuan
terkecil dari pragmatik. Pragmatik sendiri merupakan cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa. Dengan menganalisis tindak tutur perlokusi seorang
pengamen, akan diketahui bagaimana tuturan yang dikatakan oleh pengamen dapat
merubah pemikiran seseorang. Sehingga orang itu melakukan suatu tindakan yang
diharapkan oleh pengamen tersebut.
Penelitian tindak tutur
perlokusi ini dilakukan untuk memecahkan
berbagai permasalahan. Pertama, mengetahui saperti apa tuturan pengamen
sehingga dapat mempengaruhi mitra tuturnya yaitu penumpang di dalam bis. Kedua,
seberapa besar tuturan pengamen mempengaruhi mitra tuturnya. Ketiga, hubungan
tindak tutur perlokusi dengan pembelajaran terutama pembelajaran bahasa.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan penulis untuk menganalisis tindak tutur pengamen adalah teknik rekam,
teknik simak dan teknik catat. Penulis merekam tuturan pengamen yang berada di
dalam bis. Kemudian menggunakan teknik simak, dimana penulis memasukan data
rekaman yang di dapat ke dalam laptop dan memutarnya berulang-ulang serta
menyimak setiap kata yang dituturkan oleh pengamen tersebut. Setelah itu,
penulis menuangkan tuturan pengamen tersebut ke dalam tulisan.
Penulis
menganalisis data yang diperoleh dengan analisis tindak tutur perlokusi.
Penulis menggunakan analisis tindak tutur perlokusi karena
tuturan pengamen dapat merubah pemikiran seseorang dan dapat mempengaruhi
seseorang untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh sang pengamen.
Tuturan Pengamen
itulah beberapa tembang yang
dapat kami bawakan
semoga dapat berkenan di hati
para penumpang
mohon maaf apabila kami
mengganggu kenyamanan anda semua
semoga anda semua selamat
sampai tujuan
jangan lupa cek kembali
barang bawaan anda seperti dompet dan hand phone jangan sampai ketinggalan
kami tidak meminta nilai yang
besar, kami hanya meminta uang kecil saja,
jika anda tidak suka dengan
kami, anda tidak perlu berpura-pura tidur atau sibuk smsan
jika anda tidak akan memberi
alangkah baiknya anda membalasnya dengan lambaian tangan dan senyuman
karena itu akan membuat kami
lebih merasa dihargai
terima kasih kepada para
penumpang
sekian dari kami, akhir kata
kami ucapkan terima kasih
Dalam tuturan di atas, terdapat
beberapa kalimat yang mengandung tindak tutur perlokusi, diantaranya sebagai
berikut.
a. Jangan lupa cek kembali barang bawaan anda
seperti dompet dan hand phone jangan sampai ketinggalan.
Kalimat ini mempengaruhi mitra tutur yaitu penumpang bis untuk lebih
berhati-hati dan menegecek barang bawaannya masing-masing.
b. Kami tidak meminta uang yang besar, kami hanya
meminta uang kecil saja. Tuturan tersebut mempengaruhi penumpang untuk
memberi pengamen uang meskipun dalam jumlah yang kecil.
c. Jika anda tidak suka dengan kami, anda tidak
perlu berpura-pura tidur atau sibuk smsan. Kalimat ini juga merupakan
tindak perlokusi yang dituturkan oleh pengamen. Maksud dari tuturan ini adalah
agar penumpang tidak berpura-pura tidur saat pengamen bernyanyi dan selesai
bernyanyi. Hal ini dikarenakan tidak sedikit penumpang yang memang berpura-pura
tidur untuk menghindari pengamen.
d. Jika anda tidak akan memberi alangkah baiknya
anda membalasnya dengan lambaian tangan dan senyuman. Kalimat
tersebut adalah tindak perlokusi terakhir yang dari tuturan pengamen. Tuturan
ini dimaksudkan agar penumpang memperlakukan pengamen dengan lebih baik. Walaupun
penumpang tersebut tidak memberi uang kepada pengamen, akan tetapi pengamen
merasa lebih dihargai ketika penumpang tersebut tersenyum dan melambaikan
tangannya apalagi jika ditambah dengan mengucapkan kata maaf. Ketika penumpang
melakukan tindakan tersebut, pengamen pun merasa lebih dihargai daripada
penumpang menghindar dari pengamen dengan alasan tidur dan lainnya. Jadi, dari
tindak perlokusi ini dapat terjadi saling menghormati antar sesama, tidak ada
yang tersakiti karena tindakan atau sebuah tuturan yang kurang baik.
Setiap perkataan
seseorang mempunyai maksud dan tujuan yang tidak sama. Tuturan
dari seorang penutur dapat mempengaruhi mitra tuturnya, tak terkecuali tuturan
dari seorang pengamen dapat mempengaruhi mitra tuturnya baik dari kalangan
pejabat sekalipun. Tuturan dapat mempengaruhi karena tidak memandang siapa
penuturnya dan siapa mitra tuturnya. Namun yang berpengaruh dan berperan
penting adalah seberapa besar tuturan yang dikatakan penutur sehingga dapat
mempengaruhi mitra tutur baik kapan dan di manapun tempatnya.
2.2
PENERAPAN JURNAL
APLIKASI TINDAK
TUTUR PERLOKUSI PADA PENGASUH KEPADA ANAK ASUHNYA
Tuturan seorang
pengasuh seringkali mengandung tindak perlokusi, mempunyai daya pengaruh
terhadap mitra tutur ( anak asuh ) untuk melakukan tindakan yang diinginkan
oleh penutur. Ada beberapa verba yang menandai tindak perlokusi. Beberapa verba
itu antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti,
menyenangkan, melegakan, mempermalukan, dan mearik perhatian.
Berikut ini adalah
percakapan seorang pengasuh kepada anak asuhya yang masih berumur 5 tahun, yang
mengandung tindak perlokusi dengan verba menakut-nakuti agar anak asunya mau
makan sayur dan berdoa terlebih dahulu sebelum makan.
Anak : “
Mbak, aku njaluk maem !”
Pengasuh: “ Iya, tak
jupukna maem dhisek ya, Kak.”
Anak : “
Iya mbak.”
Pengasuh: “ Iki maeme, Kak.”
( pengasuh mengambilkan makan anak asuhnya
dengan lauk sayur dan ikan)
Anak : “
Alah, aku moh maem ah mbak nek ana sayure.”
Pengasuh:
“ Mengko nek ora gelem maem karo sayur awake
gampang lara lho, Kak.”
Anak : “
Ahh..mesti ngapusi ta mbak ?”
Pengasuh:
“ Tenan, Kak. Tanggane Mbak Yanik ana sing ora gelem maem sayur kuwi ta bocahe
gampang lara. Awake saiki dadi cungkring cilik banget.”
Anak : “ Ya wis lah mbak, aku gelem maem sayur.”
( anak melahap
makanannya tanpa berdoa terlebih dahulu )
Pengasuh: “ Kakak, nek maem ora donga dhisek kuwi
kancane syetan lho.”
Anak : “ Iya, iya mbak tak donga dhisek.”
Berdasarkan teks
percakapan di atas, dapat ditemukan beberapa tuturan pengasuh yag mengandung
tindak perlokusi, diantaranya:
a. Mengko nek ora gelem maem karo
sayur awake gampang lara lho, Kak.
Tuturan
tersebut mengandung tindak perlokusi karena mempunyai maksud untuk mempengaruhi
mitra tutur. Dalam hal ini, seorang pengasuh mengatakan kalimat tersebut kepada
anak asuhnya untuk membujuk agar mau makan sayur.
b. Kakak, nek maem ora donga dhisek
kuwi kancane syetan lho.
Tuturan pengasuh kepada
anak asuhnya tersebut merupakan tindak perlokusi karena mempunyai efek terhadap
mitra tutur. Pengasuh menuturkan kalimat tersebut bermaksud menakut-nakuti anak
asuhnya yakni kalau makan tidak berdoa terlebih dahulu adalah temannya syetan.
Tuturan tersebut mempengaruhi anak asuhnya sebagai mitra tutur untuk berdoa
terlebih dahulu sebelum makan.
BAB III
PENUTUP
3.
1
KESIMPULAN
Satuan terkecil dari
pragmatik adalah tindak tutur (speech act) dan mengkaji maksud suatu ujaran. Pembahasan
tindak tutur dalam pragmatik menitik beratkan pada tindak tutur lokusi, ilokusi
dan perlokusi. Lokusi adalah suatu tindak tutur yang menyatakan sesuatu,
semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa ada tendensi untuk melakukan
sesuatu dan mempengaruhi lawan bicaranya. Ilokusi merupakan tindak tutur yang
mengandung maksud dan berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan
dimana tindak tutur tersebut dilakukan. Ilokusi memiliki fungsi untuk
mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan
sesuatu. Perlokusi, tindak tutur yang pengajarannya dimaksudkan untuk
mempengaruhi lawan tuturnya. Tuturan seseorang terkadang dapat mempengaruhi
atau terjadi suatu efek bagi pendengarnya. Efek yang timbul ini bisa terjadi
dengan sengaja ataupun tidak disengaja.
Penerapan tindak
perlokusi dianggap tepat untuk memberikan efek pengaruh kepada mitra tutur.
Selain itu, dalam tuturan perlokusi ini mitra tutur secara tidak sadar telah
diberikan daya pengaruh hasil kreasi penutur baik yang disengaja maupun tidak
sengaja. Ada beberapa verba yang menandai tindak perlokusi. Beberapa verba itu
antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti,
menyenangkan, melegakan, mempermalukan, dan mearik perhatian.
Tindak tutur perlokusi
akan memberi efek atau daya pengaruh terhadap mitra tuturnya baik siapa, kapan,
dan di mana tuturan itu berlangsung. Tuturan pengamen di sebuah bus merupakan
tindak perlokusi karena mempunyai efek pengaruh terhadap mitra tutur yaitu
penumpang bis untuk memberinya uang. Begitu pula dengan tuturan seorang
pengasuh kepada anak asuhnya. Tuturan pengasuh mengandung tindak perlokusi
dengan verba menakut-nakuti anak asuhnya. Tuturan pengasuh mempunyai pengaruh
terhadap anak asunya supaya mau makan sayur dan berdoa dahulu sebelum makan.
3.
2 SARAN
Bahasa merupakan alat
komunikasi dalam berinteraksi dalam masyarakat, terutama dalam melakukan sebuah
tuturan. Dalam melakukan sebuah tuturan atau tindak tutur, seseorang hendaknya
menerapkan tindak perlokusi dalam tuturannya untuk mempengaruhi mitra tutur
agar bertindak sesuai dengan keinginan si penutur.
DAFTAR PUSTAKA
Rustono.
1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang:
CV. IKIP Semarang Press.
Wijaya,
I Dewa Putu. Dasar-dasar pragmatik. Yogyakarta:
ANDI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar