Rabu, 02 Juli 2014

Pendidikan_Linguistik Umum



Resume Buku Linguistik Umum Karya Abdul Chaer

1.     PENDAHULUAN

Kata linguistik berpadanan dengan linguistics dalam bahasa Inggris, linguistique dalam bahasa Perancis, dan linguistiek dalam bahasa Belanda. Kata linguistik diturunkan dari kata lingua dalam bahasa Itali yang berarti ‘bahasa’ , language dalam bahasa Inggris, sedangkan dalam bahasa Perancis mempunyai tiga istilah untuk menyebut bahasa, yaitu parole,langue dan langage. Yang dimaksud dangan parole adalah bahasa dalam wujudnya yang nyata, yang konkret, yang berupa ujaran yang diucapkan anggota masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Langue berati suatu bahasa  tertentu, seperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa yang mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu, yang bersifat abstrak, sedangkan langage adalah bahasa secara umum yang mengacu sistem bahasa manusia yang sifatnya paling abstrak.
Secara populer, orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistics). Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam peistilahan Francis disebut langage. Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut. Kata bahasa Indonesia perpanjang dapat dianalisi menjadi dua buah morfem, yaitu morfem per- dan panjang. Morfem per- disebut morfem kausatif karena memberi makna ‘sebabkan jadi’, perpanjang berarti ‘sebabkan sesuatu menjadi panjang’. Sekarang perhatikan bahasa Inggris (to) befrriend yang berarti ‘menjadikan sahabat’. Di sini jelas ada morfem be- dan morfem friend; dan morfem be- juga bermakna kausatif. Perhatikan pula kata bahasa Belanda vergroot ‘perbesar’. Jelas di situ ada morfem  kausatif ver- dan morfem dasar groot yang berarti besar. Dengan membandingkan ketiga contoh itu, kita dapat mengenali adanya morfem pembawa makna kausatif baik dalam bahasa Indonesia, Inggris, maupun Belanda. Begitulah bahasa-bahasa di dunia ini meskipun banyak sekali perbedaannya, tetapi ada ciri-ciri yang universal.
 Seperti ilmu yang lain, linguistik sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri keilmuan seperti ilmu yang lain. Setiap ilmu mempunyai obyek kajian, pendekatan, dan metode. Objek kajian linguistik adalah bahasa. Linguistik mendekati bahasa yang menjadi objek kajiannya bukan sebagai apa-apa, melainkan hanya sebagai bahasa. Pendekatan linguistik meliputi pendekatan struktural, pendekatan deakronik, pendekatan sinkronik, pendekatan sosiolinguistik dan pendekatan psikolinguistik. Linguistik sebagai ilmu juga mempunyai metode, antara lain metode deskriptif, komparatif, dan kontrastif.
Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem yang bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Adapun sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari subsistem-subsistem atau sistem bawahan. Jenjang subsistem ini dalam linguistik dikenal dengan nama tataran linguistik atau tataran bahasa. Jika diurutkan tataran yang terendah sampai tataran yang tertinggi adalah tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.

2.     LINGUISTIK SEBAGAI ILMU

A.    Keilmiahan Linguistik
Pada dasarnya setiap ilmu termasuk juga linguistik, telah mengalami tiga tahap perkembangan yang meliputi tahap spekulasi, tahap observasi dan tahap perumusan teori. Disiplin linguistik telah mengalami ketiga tahap tersebut. Tindakan tidak spekulatif dalam kegiatan ilmiah berarti tindakan dalam menarik kesimpulan didasarkan pada data empiris, yang didapat dari alam yang wujudnya dalam diobservasi. Linguistik sangat mementingkan data empiris dalam melaksanakan penelitiannya. Linguistik mendekati bahasa, yang menjadi objek kajiannya, bukan sebagai apa-apa, melainkan hanya sebagai bahasa. Pendekatan bahasa sejalan dengan ciri hakiki bahasa, yang meliputi bahasa adalah bunyi ujaran, bahasa adalah suatu sistem, bahasa bersifat unik, bahasa dapat berubah dari waktu ke waktu, dan juga bahasa bersifat empiris.
     B. Subdisiplin Linguistik
Subdisiplian linguistik meliputi linguistik umum, linguistik deskriptif, linguistik komparatif, linguistik struktural, linguistik anntropologis, dan sebagainya.
Berdasarkan objek kajiannya, linguistik mengkaji bahasa secara umum. Berdasarkan masa kajiannya, dikenal adanya linguistik sinkronik dan diakronik. Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa tertentu, sedangkan linguistik diakronik mengkaji bahasa dari waktu ke waktu yang bertujuan mengetahui sejarah struktural bahasa. Dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro. Studi linguistik mikro sesungguhnya merupakan studi dasar linguistik sebab yang dipelajari adalah struktur internal bahasa itu. Sedangkan linguistik makro lebih banyak membahas faktor luar bahasa daripada struktur internal bahasa. Berdasarkan tujuannya, penyelidikan linguistik lebih banyak untuk keperluan terapan daripada teoritis. Kemudian berdasarkan alirannya, dikenal adanya linguistik tradisional, linguistik struktural, dan linguistik transformasional.

   C. Analisis Linguistik
            Dalam linguistik dikenal adanya analisis bawahan langsung, analisis rangkaian unsur, dan analisis proses unsur. Analisis bawahan langsung mengasumsikan bahwa setiap satuan bahasa terdiri dari dua buah konstituen yang langsung membangun satuan itu. Misanya, satuan bahasa dimakan, unsur langsungnya adalah di dan makan.  Analisis rangkaian unsur mengajarkan bahwa setiap satuan bahasa dibentuk dari unsur-unsur lain. Misalnya, satuan kedinginan terdiri dari dingin + ke-/-an. Berbeda dengan analisis rangkaian unsur, analisis proses unsur menganggap setiap satuan bahasa merupakanhasil dari proses pembentukan. Jadi, bentuk kedinginan adalah hasil dari proses konfiksasi ke-/-an dengan dasar dingin.
     D. Manfaat  Linguistik
            Linguistik akan memberi manfaat langsung pada mereka yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa, seperti linguis, guru, penerjemah, penyusun buku pelajaran, penyusun kamus, dan para jurnalis.
            Bagi guru terutama guru bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan.

3.     OBJEK LINGUISTIK: BAHASA

A.    Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bermakna dan bersifat arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,dan mengidentifikasikan diri.
B.     Hakikat Bahasa
·         Bahasa sebagai Sistem
Kata sistem berarti ‘cara’ atau ‘aturan’. Dalam kaitannya dengan keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai suatu sistem, bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistemis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola. Adapun sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari subsistem-subsistem.
·         Bahasa sebagai Lambang
            Lambang dengan segala seluk-beluknya dikaji orang dalam kegitan ilmiah dalam bidang semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam dalam kehidupan manusia termasuk bahasa. Dalam bahasa Indonesia untuk konsep ‘binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’ dilambangkan berupa bunyi [kuda] sedangkan dalam bahasa lain, lain pula lambangnya. Dalam bahasa Jawa lambangnya adalah berupa bunyi [jaran], dan dalam bahasa Inggris berpa bunyi yang ditulis [horse].
·         Bahasa adalah Bunyi
Pada dasarnya, bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi. Yang dimakud bunyi pada bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam linguistik, yang disebut bahasa yang primer adalah yang diucapkan, yang keluar dari alat ucap manusia. Adapun bahasa tulisan hanya bersifat sekunder.
·         Bahasa itu Bermakna
Yang dilambangkan bahasa itu adalah suatu pengertian, konsep, ide, atau suatu pikiran ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena lambang itu mengacu suatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Misalnya lambang bahasa yang berwujud bunyi [kuda]. Lambang itu mengacu pada konsep ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai.
·         Bahasa itu Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang,berubah-ubah, atau manasuka. Yang dimaksud dengan istilah arbtrer adalah tidak adanya hubugan wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Umpamanya antara [kuda] dengan yang dilambangkannya, yaitu ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’. Kita tidak bisa menjelaskan mengapa binatang tersebut dilambangkan dengan kuda. Mengapa misalnya, bukan [aduk] atau [akud] atau lambang lainnya.
·         Bahasa itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambanginya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Kalau misalnya, binatang berkaki empatyang biasa dikendarai , maka anggota masyarakat bahasa Indonesia harus mematuhinya.
·         Bahasa itu Produktif
              Bahasa dikatakan produktif, maksudnya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang yang jumlahnya tidak terbatas. Misalnya, jumlah fonem bahasa Jawa itu kurang dari 30, tetapi bisa dibuat kata atau kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
·         Bahasa itu Unik
            Bahasa dikatakan unik artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak yang tidak dimiliki olah bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Jawa tekanan kata tidak bersifat morfemis melainkan sintaksis.
·         Bahasa itu Universal
            Bahasa bersifat universal artinya ada ciri-ciri sama yang dimiliki oleh setiap bahasa  yang ada di dunia ini. Bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai vokal dan konsonan.
·         Bahasa itu Dinamis
            Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan manusia. Karena kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga ikut berubah, menjadi tidak statis. Oleh karena itu, bahasa disebut dinamis.
·         Bahasa itu Bervariasi
            Dalam variasi bahasa dikenal adanya tiga istilah, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah  variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek adalah variasi yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya, Bahasa Jawa dialek Banyumas, bahasa Jawa dialek Surabaya, dan sebagainya. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi atau keperluan tertentu.
·         Bahasa itu Manusiawi
            Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia bersifat arbitrer dan bermakna. Adapun binatang tidak mempunyai bahasa. Dengan demikian, bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.

     C. BAHASA DAN FAKTOR LUARNYA
·         Masyarakat Bahasa
Masyarakat bahasa adakah masyarakat yang dapat berkomunikasi dengan bahasa mereka tanpa hambatan. Misalnya,jika sesama orang Indonesia menggunakan bahasa Indonesia, maka dia menjadi anggota masyarakat Bahasa Indonesia. Sedangkan jika pada kesempatan lain, dia menggunakan bahasa daerah, maka ia menjadi anggota masyarakat bahasa daerah.
·         Variasi dan Status Sosial Bahasa
Bahasa itu bervariasi  karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam. Ada dua macam variasi bahasa  yang dibedakan berdasarkan status pemakainya, yaitu variasi bahasa tinggi dan variasi bahasa rendah. Variasi bahasa tinggi digunakan dalam situasi resmi dan harus dipelajari melalui pendidikan formal. Sedangkan variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi tidak resmi dan dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum.
·         Penggunaan Bahasa
Dalam berkomunikasi lewat bahasa harus memperhatikan beberapa faktor yang meliputi lawan bicara,topik, situasi, tujuan,jalur (lisan atau tertulis), dan ragam bahasa yang digunakan.
·         Kontak Bahasa
Dalam masyarakat terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangananggota dari masyarakat lain, akan terjadi kontak bahasa. Hal yang sangat menonjol yang bisa terjadi dari adanya kontak bahasa adalah terjadinya bilingualisme dan multilingualisme, dengan berbagai macam kasusnya, seperti interferensi, integrasi, alih kode dan campur kode.
·         Bahasa dan Budaya
Bahasa mempengaruhi kebudayaan, dan kebudayaan juga mempengaruhi bahasa. Karena begitu eratnya hubungan antara bahasa dan kebudayaan,maka diibaratkan sebagai dua sisi mata uang, dua dal yang tidak dapat dipisahkan.

D. KLASIFIKASI BAHASA
·         Klasifikasi genetis → Berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa itu
·         Klasifikasi tipologis → Berdasarkan tipe yang terdapat dalam sejumlah bahasa.
·         Klasifikasi areal → Berdasarkan adanya hubungan timbal balik antar bahasa dalam suatu wilayah tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak
·         Klasifikasi sosiolinguistik → Berdasarkan hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat.

     E. BAHASA TULIS DAN SISTEM AKSARA
Objek kajian primer linguistik adalah bahasa lisan, sedangkan objek sekundernya adalah bahasa tulis. Bahasa tulis merupakan rekaman dari bahasa lisan yang sudah dibuat orang dengan pertimbangan. Dalam bahasa tulis kita mengenal adanya aksara. Aksara adalah keseluruhan sistem tulisan, misal aksaralatin dan aksara arab. Adapun jenis-jenis aksara yaitu aksara piktografis, ideografis, silabis, dan fonemis.
 
4.     TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

  1. FONETIK
Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Menurut proses terjadinya bunyi bahasa itu dibedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditoris.
  • Alat Ucap
Dalam fonetik artikulatoris, hal pertama yang dibicarakan adalah alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa ini  mempunyai fungsi lain yang bersifat biologis. Nama-nama alat ucap manusia antara lain: paru-paru, tenggorok, pita suara, krikoid, tiroid, aritenoid, epiglotis, lidah, langit-langit, gigi, bibir, mulut dan rongga hidung.
  • Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggoarok ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara.
  • Tulisan Fonetik
Tulisan fonetik dibuat untuk keperluan studi fonetik. Tulisan fonetik dibuat berdasarkan huruf-huruf dari aksara latin, yang ditambah dengan sejumlah tanda diakritik dan sejumlah modifikasi terhadap huruf latin tersebut.
  • Klasifikasi Bunyi
a)      Klasifikasi Vokal
Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut, misalnya:
[i] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e] adalah vokal depan tengah tak bundar
[o] adalah vokal belakang tengah bundar
[a] adalah vokal pusat rendah tak bundar

b)     Diftong
            Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi pada bagian awal dan bagian akhirnya tidak sama. Berdasarkan posisi unsus-unsurnya, dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Diftong naik ialah jika
vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi daripada yang pertama. Bahasa Indonesia mempunyai tiga jenis diftong naik, yaitu: [aI], [oI] dan [aU]. Sedangkan diftong turun ialah jika justru posisi lidah yang kedua diucapkan lebih rendah dari yang pertama. Misalnya, bunyi [ ai] dalam bahasa Indonesia termasuk diftong turun.
c)      Klasifikasi Konsonan
             Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga patokan atau kriteria, yaitu: 
                     - Berdasarkan posisi pita suara, dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara.
                     - Berdasarkan tempat artikulasi, dibedakan adanya konsonan bilabial, labiodental, lamino alveolar, dan dorsovelar.
                     - Berdasarkan cara artikulasinya, dapat dibedakan adanya konsonan hambat, geseran, paduan, nasal, getaran, sampingan, dan hampiran.
  • Unsur Suprasegmental
                     Dalam arus ujaran ada bunyi yang dapat disegmentasikan, disebut bunyi segmental. Tetapi yang berkenaan dengan keras lembut, panjang pendek dan jeda tidak dapat disegmentasikan.Bagian dari bunyi yang tidak dapat disegmentasikan tersebut disebut bunyi suprasegmental. Dalam unsur suprasegmental dibedakan atas tekanan, nada,jeda, dan silabel atau suku kata.

  1. FONEMIK
  • Identifikasi Fonem
                     Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi merupakan fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut. Lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip denagn satuan bahasa yang pertama.



  • Alofon
                     Alofon adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem. Misalnya fonem /t/ mempunyai dua buah alofon, yaitu bunyi [t] dan [th].
  • Klasifikasi Fonem
                     Kriteria terhadap fonem sama dengan kriteria yang dipakai untuk klasifikasa bunyi, maka penamaan fonem pun sama dengan penamaan bunyi.
  • Khasanah Fonem
                     Khasanah fonem adalah banyaknya fonem dalam satu bahasa. Menurut catatan para pakar, yang paling sedikit jumlah fonemnya adalah bahasa penduduk asli di pulau Hawai, yaitu hanya 13 buah. Sedangkan yang jumlah fonamnya paling banyak adalah bahasa di Kaukasus, yaitu sebanyak 75 buah fonem.
  • Perubahan Fonem
a)      Asimilasi dan Disimilasi
                     Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya. Misalnya, kata Sabtu dalam bahasa Indonesia lazim di ucapkan [saptu], di mana terlihat bunyi bunyi /b/ brubah menjadi /p/ sebgai akibat pengaruh bunyi bunyi /t/. Sedangkan disimilasi adalah perubahan bunyiyang menyebabkan dua buah fonem yang sama menjadi berbeda. Contoh yang ada dalam bahasa Indonesia ialah kata cipta dan cinta, yang berasal dari bahasa sansekerta citta. Kita lihat, pada kata citta berubah menjadi bunyi [pt] pada kata cipta dan menjadi bunyi [nt] pada kata cinta.

b)      Metatesis dan Epentesis
                     Proses metatesis bukan mengubah bentuk fonem menjadi fonem yang lain, melainkan mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata. Misalnya, bentuk sapu, ada bentuk apus dan usap. Sedangkan dalam proses epetesis sebuah
fonem tertentu, biasanya yang homorgan dengan lingkungannya, disisipkan ke dalam sebuah kata. Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada sampi di samping sapi, ada jumblah di samping jumlah. Dalam kasus sampi dan sapi ada bunyi [m] yang disisipkan di tengah kata, dan pada kasus jumblah dan jumlah ada bunyi [b] yang disisipkan dalam tengah kata.
 
5.     TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI

  1. MORFEM
  • Identifikasi Morfem
Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut dengan di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem. Sebagai contoh kita ambil bentuk [kedua] dalam ujaran di atas. Ternyata bentuk [kedua] dapat kita bandingkan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut.
kedua
ketiga
keempat
kelima
Ternyata juga semua bentuk ke pada daftar di atas dapat disegmentasikan sebagai satuan satuan tersendiri dan mempunyai makna yang sama, yaitu menyatakan tingkat. Dengan demikian bentuk ke pada daftar di atas, bisa disebut sebagai sebuah morfem.
  • Morf dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya, sedangkan alomrf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya.
  • Klasifikasi Morfem
a)      Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam penuturan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas. Sebaliknya, yang dimaksud morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat.

b)      Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Semua morfem dasar bebas adalah termasuk morfem utuh, seperti {meja}, {kursi}, {kecil}, {laut} dan {pensil}. Begitu juga dengan sebagian morfem terikat, seperti {ter-}, {ber-}, {henti}, dan {juang}. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah yandg terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu {satu} dan satu morfem terbagi, yakni {ke/an}.

c)      Morfem Segmental dan Suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.

d)     Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal, dan Akar
Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan afiks lain. Morfem dasar ini ada yang termasuk morfem terikat, seperti {juang}, {henti}, dan {abai}; tetapi ada juga yang termasuk morfem bebas, seperti {beli}, {lari}, dan {kucing}. Selain itu, termasuk juga afiks, seperti {ber-}, {ter-}, dan {-kan}.
Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar dalam suatu proses morfologi. Istilah bentuk dasar biasanya digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga berupa gabungan morfem. Umpamanya dalam kata berbicara yang terdiri dari morfem ber- dan bicara, maka bicara adalah menjadi bentuk dasar.
Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses pembubuhan afiks inflektif. Dalam bahasa Indonesia kata menangisi bentiuk pangkalnya adalah tangisi, dan morfem me- adalah sebuah afiks inflektif.
Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya, akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya, baik afiks infleksional maupun afiks derivasionalnya ditanggalkan. Misalnya, kata Inggris untouchables akarnya adalah touch.
 
  1. KATA
  • Hakikat Kata
Batasan kata yang umum kita jumpai dalam berbagai buku linguistik Eropa adalah bahwa kata merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah, dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat. Batasantersebut menyiratkan dua hal. Pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya urutannya tetap dan tidak dapat diselipi oleh fonem lain. Jadi, misalnya, kata sikat, uruta fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/, dan /t/. Urutan itu tidak dapat diubah menjadi /s/, /k/, /a/, /i/, dan /t/. Atau diselipi fonem lain, misalnya, menjadi /s/, /i/, /u/, /k/, /a/, dan /t/.
  • Klasifikasi Kata
Para tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi dalam klasifikasi kata. Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan adjektifa. Sedangkan kriteria fungsi untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina, dan lain-lain.
Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi. Misalnya, yang disebut nomina adalah katayang dapat berdistribusi di belakang kata bukan. Jadi, kata-kata seperti buku, pensil dan nenek adalah termasuk nomina, sebab dapat berdistribusi dengan kata bukan itu.
  • Pembentukan Kata
a)      Inflektif
Pembentukan kata secara inflektif tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Banyak penulis barat, termasuk Verhaar (1978), menyatakan bentuk-bentuk seperti membaca, dibaca, terbaca, kaubaca, dan bacalah adalah paradigma infleksional.
b)      Derivatif
Pembentukan kata derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya. Contoh dalam bahasa Indonesia, misalnya, dari kata air yang berkelas nominadibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba.

  1. PROSES MORFEMIS
  • Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan.
  • Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. Dalam linguistik Indonesia lazim digunakan sejumlah istilah sehubungan dengan bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Istilah-istilah itu adalah (a) dwilingga, yakni pengulangan morfem dasar, seperti meja-meja dan  mlaku-mlaku; (b) dwilingga salin suara, yakni pengulangan morfem dasar dengan perubahan vokal dan fonem lainnya, seperti bolak-balik dan mondar-mandir; (c) dwipurwa, yakni pengulangan silabel pertama, seperti lelaki dan pepatah; (d) dwiwasana, yakni pengulangan pada akhir kata, seperti cengengesan; (e) trilingga, yakni pengulangan morfem dasar sampai dua kali, seperti dag-dig-dug dan cas-cis-cus.
  • Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikalyang baru. Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, lalu lintas, daya juang, dan rumah sakit dalam bahasa Indonesia; akhirukalam, malaikalmaut, dan hajarulaswat dalam bahasa Arab; Kemudian blackboard, bluebird, dan greenhouse dalam bahasa Inggris.
  • Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya.. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya halaman), dan SD (utuhnya Sekolah Dasar).

  1. MORFOFONEMIK
Morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dapat berwujud:
a)      pemunculan fonem
Pemunculan fonem dapat di jumpai dalam proses pengimbuhan prefiks me- dengan bentuk dasar baca yang menjadi membaca, di mana terlihat muncul konsonan sengau /m/.
b)      pelepasan fonem
Pelepasan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan akhiran wan pada kata sejarah di mana fonem /h/ pada kata sejarah itu hilang.
c)      peluluhan fonem
Proses peluluhan fonem dapat kita temukan dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- pada kata sikat di mana fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/ dari prefiks tersebut.
d)     perubahan fonem
Proses perubahan fonem dapat  di lihat pada proses pengimbuhan prefiks ber- pada kata ajar di mana fonem /r/ dari prefiks itu menjdi fonem /l/.

6.     TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

  1. STRUKTUR SINTAKSIS
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Keempat fungsi itu tidak harus selalu ada dalam setiap struktur sintaksis. Para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi subjekharus diisioleh kategori nomina, predikat oleh kategori verba, fungsi objek oleh kategori nomina, dan keterangan oleh kategori adverbia.
  1. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Dalam pembicaraan kata sebagaisebagai pengisi satuan sintaksis, dibedakan ada dua macam kata, yaitu kata penuh dan kata tugas. Yang merupakan kat penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, adverbia, dan numeralia. Sedangkan yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi.
  1. FRASE
  • Pengertian Frase
Frase adalah gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam
kalimat. Konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah frase, sedangkan konstruksi tata boga dan interlokal bukan frase, karena boga dan inter adalah morfem terikat.
  • Jenis Frase
a)      Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak   mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif dan frase eksosentris yang nondirektif. Frase eksosentris yang direktif komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina. Frase eksosentrik yang nondirektif komponen
pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum. Sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, atau verba.
b)      Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Misalnya, sedang membaca dalam kalimat (I), komponen keduanya yaitu membaca dapat menggantikan frase tersebut, sehingga menjadi kalimat (II). Perhatikan !
             I.      Nenek sedang membaca komik di kamar.
          II.      Nenek membaca komik di kamar.
c)      Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, tetapi, atau, maupun konjungsi terbagi seperti baik….baik, makin….makin, dan baik….maupun. Contoh: sehat dan kuat, buruh atau majikan, makin terang makin baik, dan dari, oleh, dan untuk rakyat.
d)     Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, sehingga urutan komponennya dapat ditukar. Misalnya, frase apositif Pak Ahmad guru sayadalam kalimat (III) dapat diubah susunannya seperti pada kalimat (IV).
       III.      Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali.
       IV.      Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali.
  • Perluasan Frase
Perluasan frase adalah frase dapat tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang ditampilkan. Umpamanya, frase di kamar tidur dapat diperluas dengan diberi komponen baru, misalnya, di kamar tidur saya, di kamar tidur ayah, dan di kamar tidur belakang.

  1. KLAUSA
  • Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang
berfungsi sebagai predikat, subjek, objek, dan juga keterangan. Misalnya, konstruksi
nenek mandi adalah sebuah klausa karena hubungan komponen nenek dan komponen mandi bersifat predikatif. Nenek adalah pengisi fungsi subjek dan mandi adalah pengisi fungsi predikat.
  • Jenis Klausa
a)      Berdasarkan Strukturnya
Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Yang dimaksud klausa bebas adalah klaus yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjaadi kalimat mayor. Misalnya klausa nenekku masih cantik dan kakekku gagah berani, yang masing-masing hanya dengan diberi intonasi final sudah menjadi kalimat mayor.
Berbeda dengan klausa bebas,klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, objek saja, atau hanya keterangan saja. Umpamanya, konstruksi tadi pagi yang bisa menjadi jawaban dari pertanyaan: Kapan nenek mambaca komik?
b)      Berdasarkan Kategori Unsur Segmental
Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verbal, nomina, ajektifa, adverbia, dan preposisional. Klausa verba adalah klausa yang predikatnya berkategori verba. Misalnya, klausa nenek mandi, sapi itu berlari, dan matahari terbit. Klausa nomina adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal, contohnya, petani, dosen linguistik, dan satpam bank swasta. Klausa ajektifa adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektifa, baik berupa kata maupun frase. Misalnya, klausa bumi ini sangat luas dan gedung itu sudah tua sekali. Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbia. Contohnya, klausa bandelnya teramat sangat. Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi. Misalnya, nenek di kamar. Terakhir, klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia. Misalnya, gajinya lima juta perbulan.

  1. KALIMAT
  • Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yag biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta dengan intonasi final.
  • Jenis Kalimat
a)      Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti
Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap, bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmatif.
b)      Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang klausanya hanya satu. Berikut beberapa contoh kalimat tunggal dalam bahasa Indonesia
              i)      Nenekku masih cantik.
            ii)      Mereka bernyanyi dan menari sepanjang malam.
          iii)      Bacalah keras-keras!
Kalau dalam sebuah kalimat terdapat lebih darisatu klausa, maka kalimat itu disebut kalimat majemuk. Misalnya
              i)      Nenek melirik, kakek tersenyam, dan adik tertawa-tawa.
            ii)      Kalau nenek  pergi, kakek pun ikut pergi.
c)      Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Kalimat yang klausanya lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat, maka disebut kalimat mayor. Berikut ini daftar contoh kalimat mayor
i) Nenek berlari pagi.
ii)Banjir kiriman datang dari Bogor.
Kalau klausanya tidak lengkap,entah hanya terdiri dari subjek saja, objek saja, ataukah keterangan saja, maka kalimat tersebut disebut kalimat minor. Contoh-contoh kalimat minor
              i)      Halo!
            ii)       Dilarang merokok.
d)     Kalimat Verbal dan Kalimat non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal. Berkenaan dengan dengan banyaknya jenis verba, maka dibedakan pula adanya kalimat transitif, kalimat intransitif, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat dinamis, kalimat statis dan kalimat reflektif. Contoh kalimat verbal
              i)      Dika menendang bola.
            ii)      Kakek menulis surat.
Kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba, bisa nomina, ajektifa, numeral, dan preposisional. Kalimat-kalimat berikut adalah contoh kalimat nonverba itu.
              i)      Mereka bukan penduduk desa ini.
            ii)      Mereka rajin sekali.
e)      Kalimat Bebas dan Kalimat terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah wacana tanpa bantuan konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap. Perhatikan teks berikut
Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk (1). Janagnkan ikannya, telurnya pun sangat sukar diproleh (2). Kalau pun bisa diperoleh, harganya melambung selangit (3).
Kalimat  (1) pada teks diatas adalah satu contoh kalimat bebas. Sedangkan kalimat (2) dan (3) adalah kalimat terikat.

  1. WACANA
  • Pengertian Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.
  • Alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif, antara lain: konjungsi, kata ganti, elipsis, dan hubungan sebab akibat.
  • Jenis wacana
Dilihat adanya wacana lisan dan wacana tulis berkenaan dengan sarananya, yaitu bahasa lisan atau bahasa tulis. Kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi dilihat dari penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah bentuk puitik. Selanjutnya, wacana prosa ini dilihat dari penyampaian isinya dibedakan lagi menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi.

  1. CATATAN MENGENAI HIERARKI SATUAN
Urutan hierarki adlah urutan normal teoritis. Tersirat pengertian bahwa satuan yang satu tingkat lebih kecil akan akan membentuk satuan yang lebih besar. Jadi,fonem membentuk morfem, lalu morfem akan membentuk kata, kemudian kata akan frase, selanjutnya frase akan membentuk klausa, sesudah itu klausa akan akan membentuk kalimat, dan akhirnya, kalimat akan membentuk wacana.

7. TATARAN LINGUISTIK (4): SEMANTIK

  1. HAKIKAT MAKNA
Berdasarkan teori yang dikembangka dari pandangan Ferdinand de Saussure bahwa makna adalah ‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Menurut Ferdinand de Saussure setiap tanda linguistik terdiri dari dua komponen, yaitu signifian dan signifie. Umpamanya tanda linguistik berupa <meja>, terdiri dari komponen sifnifian, yaitu berupa runtunan fonem /m/, /e/, /j/, /a/; dan komponen signifienya berupa makna ‘sejenis perabot rumah tangga’.

  1. JENIS MAKNA
  • Makna leksikal,Gramatikal, dan Kontekstual
Makna leksikal adalah makna yang ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’. Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Misalnya, dalam proses afiksasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal ‘memakai baju’. Makna konstektual adalah makna sebuah leksem yang berada dalam satu konteks.
  • Makna Referensial dan non-Referensial
Sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial kalu ad referensinya atau acuannya. Kata-kata seperti kuda , merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Sebaliknya, kata-kata seperti dan, atau, dan karena adalah termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial, karena kata-kata itu tidak mempunyai referens.
  • Makna Denotatif dan Makna konotatif
Makna denotatif adalah makna asli atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Misalnya, kata babi bermakna denotatif ‘sejenis binatang yang biasa diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya’. Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif. Umpamanya kata babi, pada orang yang beragama Islam mempunyai konotasi yang negatif, ada perasaan yang tidak enak bila mendengar kata itu.

  • Makna Idiom dan Peribahasa
Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya. Umpamanya, secara gramatikal bentuk menjual rumah bermakna ‘yang menjual menerima uang dan yang membeli menerima rumahnya’. Berbeda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang dapat ditelusuri makna unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Misalnya, peribahasa seperti anjing dengan kucing yang bermakna ‘dikatakan ihwal dua orang yang tidak pernah akur’. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersama memang selalu berkelahi.

  1. RELASI MAKNA
  • Sinonim
Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran yang lain. Misalnya, antara kata betul dengan kata benar.
  • Antonim
Antonim adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan.atau pertentangan antara yang satu dengan yang lain. Misalnya, kata buruk berantonim dengan kata baik.
  • Polisemi
Sebuah kata disebut polisemi kalau kata itu mempunyai makna lebih dari satu. Umpamanya kata kepala yang setidaknya mempunyai makna bagiian tubuh manusia, ketua atau pimpinan, sesuatu yang berbentuk bulat, dan bagian yang sangat penting.

  1. PERUBAHAN MAKNA
Secara sinkronis makna sebuah kata tidak aknan berubah,tetapi secara diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, perkembangan sosial budaya, perkembangan pemakaian kata,pertukaran tanggapan indra, dan adanya asosiasi.

  1. MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN MAKNA
  • Medan Makna
Medan makna adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta. Misalnya, nama-nama warna, nama-nama perabot rumah tangga, atau nama-nama perkerabatan, yang masing-masing merupakan satu medan makna. Contohnya, medan warna dalam bahasa Indonesia adalah merah, kuning, hijau, coklat, biru, putih, dan hitam.
  • Komponen Makna
Setiap kata atau leksem tentu mempunyai makna. Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri atas sejumlah komponen, yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Umpamanya, kata ayah memiliki komponen makna /manusia/ /dewasa/, /jantan/, /kawin/, dan /punya anak/.

8. SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK

  1. LINGUISTIK TRADISIONAL
  • Linguistik Zaman Yunani
Studi bahasa pada zaman yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari lebih kurang abadke-5 S.M. sampai lebih kurang abad ke-2 M. jadi, kurang lenih sekitar 600 tahun. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu adalah (1) pertentangan antara fisis dan nomos, dan (2) pertentangan antara analogi dan anomali. Dari studi bahasa zaman Yunani kita mengenal nama-nama beberapa kaum yang mempunyai peran besar dalam studi bahasa, antara lain: kaum Shopis, Plato, Aristoteles, kaum Stoik, dan kaum Alexandrian.
  • Zaman Romawi
Studi bahasa pada zaman Romawidapat dianggap kelanjutan dari zaman Yunani, sejalan dengan jatuhnya Yunani, dan munculnya kerajaan Romawi. Boleh dikatakan orang Romawi mendapat pengalaman dakam bidang linguistik dari orang Yunani.Tokoh pada zaman Yunani yang terkenal antara lain, Varno (116-27 S.M.) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.
  • Zaman Pertengahan
Studi pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa latin menjadi lingua franca, karena dipakai sebagaibahasa gereja, bahasa diplomasi, danbahasa ilmu pengetahuan. Dari zaman pertengahan ini patut dibicarakan dalam studi bahasa, anatara lain, adalah peranan Kaum Modistae, TataBahasa Spekulativa, dan Petrus Hispanus.
  • Zaman Renaisans
Zaman renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans yang menonjol dan perlu dicatat, yaitu: (1) selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasa Yunani, Ibrani,dan arab. (2) bahasa-bahasa Eropa juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan dan juga perbandingan.


  • Menjelang Lahirnya Linguistik Modern
Pada masa antara lahirnya linguistik modern dengan masa berakhirnya renaisans ada satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tonggak yang dianggap sangatpenting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antarabahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa-bahasa Jerman lainnya.

  1. LINGUISTIK STRUKTURALIS
  • Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure (1857-1913) dianggap sebagai bapak Linguistik Modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique Generale yang disusun oleh Charles Bally dan Albert Sechehay. Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep: (1) telaah sinkronik dan diakronik, (2) perbedaan langue dan parole, (3) perbedaan signifiant dan signifie, dan (4) hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
  • Aliran Praha
Aliran Praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang tokohnya, yaitu Vilem Mathesius (1882-1945). Tokoh-tokoh lain adalah Nikolai S. Trubetskoy, Roman Jakobson, dan Morris Halle. Pengaruh mereka sangat besar di sekitar tahun tiga puluhan, terutama dlam bidang fonologi.
  • Aliran Glosematik
Aliran Glosematik lahir di Denmark. Tokohnya antara lain, Louis Hjemslev (1899-1965), yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure. Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan, metodologis dan terminologis sendiri.
  • Aliran Firthian
Nama John R. Firth terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi, dan dikenal dengan aliran prosodi. Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menemukan arti pada tataran fonetis.
  • Linguistik Sistemik
Nama aliran linguistik sistemik tidak dapat dilepaskan dari nama M.A.K. Halliday. Teori yang dikembangkan oleh Halliday dikenal dengan nama Sistemic Linguistics atau linguistik Sistemik dalam bahasa Indonesia. Pokok-pokok pandangannya, antara lain: perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa, memandang bahsa sebagai pelaksana, pemberian ciri-ciri bahasa tertentu, dan mengenal adanya gradasi.
  • Leonard Bloomfield
Nama Leonard Bloomfield (1877-1949)terkenal karena bukunya yang berjudul Language dan selalu dikaitkan dengan aliran struktural Amerika. Nama strukturalisme lebih dikenal dan menyatu kepada nama aliran linguistik yang dikembangkan oleh Bloomfield , alah satu faktornya adalah pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum diperikan.

  1. TENTANG LINGUISTIK DI INDONESIA
Pada awalnya, penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda.dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan kolonial. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 pemerintah kolonial sangat memerlukan informasi mengenai bahasa-bahasa yang ada di bumi Indonesia untuk melancarkan jalannya pemerintahan kolonial di Indonesia.
Gema linguistik modern baru tiba di Indonesia pada akhir tahun lima puluhan. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra dan di lembaga-lembaga pendidikan guru sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif. Perkenalan dengan konsep-konsep linguistik modern, baru terjadi sejak kepulangan sejumlah linguisIndonesia dari Amerika, seperti Anton M. Moeliono dan T.W. Kamil.
Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa nasional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia. Universitas Leiden di negeri Belanda telah memounyai sejarah panjang dalam penelitian bahasa-bahasa Nusantara.
Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di dalam maupun luar negeri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar