Resume Buku Linguistik Umum Karya Abdul Chaer
1.
PENDAHULUAN
Kata linguistik
berpadanan dengan linguistics dalam
bahasa Inggris, linguistique dalam
bahasa Perancis, dan linguistiek
dalam bahasa Belanda. Kata linguistik
diturunkan dari kata lingua dalam bahasa Itali yang berarti
‘bahasa’ , language dalam bahasa
Inggris, sedangkan dalam bahasa Perancis mempunyai tiga istilah untuk menyebut
bahasa, yaitu parole,langue dan langage. Yang dimaksud dangan parole
adalah bahasa dalam wujudnya yang nyata, yang konkret, yang berupa ujaran yang
diucapkan anggota masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Langue berati suatu bahasa
tertentu, seperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa yang
mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu, yang bersifat abstrak, sedangkan langage adalah bahasa secara umum yang
mengacu sistem bahasa manusia yang sifatnya paling abstrak.
Secara populer, orang
sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang
menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Ilmu linguistik sering juga disebut
linguistik umum (general linguistics).
Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan
mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi
sosial milik manusia, yang dalam peistilahan Francis disebut langage. Untuk jelasnya, perhatikan
contoh berikut. Kata bahasa Indonesia
perpanjang dapat dianalisi menjadi
dua buah morfem, yaitu morfem per-
dan panjang. Morfem per- disebut morfem kausatif karena
memberi makna ‘sebabkan jadi’, perpanjang berarti ‘sebabkan sesuatu menjadi panjang’.
Sekarang perhatikan bahasa Inggris (to)
befrriend yang berarti ‘menjadikan sahabat’. Di sini jelas ada morfem be- dan morfem friend; dan morfem be-
juga bermakna kausatif. Perhatikan pula kata bahasa Belanda vergroot ‘perbesar’. Jelas di situ ada morfem
kausatif ver- dan morfem dasar groot
yang berarti besar. Dengan membandingkan ketiga contoh itu, kita dapat
mengenali adanya morfem pembawa makna kausatif baik dalam bahasa Indonesia,
Inggris, maupun Belanda. Begitulah bahasa-bahasa di dunia ini meskipun banyak
sekali perbedaannya, tetapi ada ciri-ciri yang universal.
Seperti ilmu yang lain, linguistik sebagai
ilmu mempunyai ciri-ciri keilmuan seperti ilmu yang lain. Setiap ilmu mempunyai
obyek kajian, pendekatan, dan metode. Objek kajian linguistik adalah bahasa.
Linguistik mendekati bahasa yang menjadi objek kajiannya bukan sebagai apa-apa,
melainkan hanya sebagai bahasa. Pendekatan linguistik meliputi pendekatan
struktural, pendekatan deakronik, pendekatan sinkronik, pendekatan sosiolinguistik
dan pendekatan psikolinguistik. Linguistik sebagai ilmu juga mempunyai metode,
antara lain metode deskriptif, komparatif, dan kontrastif.
Sebagai alat komunikasi
manusia, bahasa adalah suatu sistem yang bersifat sistematis dan sistemis.
Dengan sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak
tersusun secara acak. Adapun sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem
tunggal, tetapi terdiri juga dari subsistem-subsistem atau sistem bawahan.
Jenjang subsistem ini dalam linguistik dikenal dengan nama tataran linguistik
atau tataran bahasa. Jika diurutkan tataran yang terendah sampai tataran yang
tertinggi adalah tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
2.
LINGUISTIK
SEBAGAI ILMU
A.
Keilmiahan Linguistik
Pada dasarnya setiap
ilmu termasuk juga linguistik, telah mengalami tiga tahap perkembangan yang
meliputi tahap spekulasi, tahap observasi dan tahap perumusan teori. Disiplin
linguistik telah mengalami ketiga tahap tersebut. Tindakan tidak spekulatif
dalam kegiatan ilmiah berarti tindakan dalam menarik kesimpulan didasarkan pada
data empiris, yang didapat dari alam yang wujudnya dalam diobservasi.
Linguistik sangat mementingkan data empiris dalam melaksanakan penelitiannya.
Linguistik mendekati bahasa, yang menjadi objek kajiannya, bukan sebagai
apa-apa, melainkan hanya sebagai bahasa. Pendekatan bahasa sejalan dengan ciri
hakiki bahasa, yang meliputi bahasa adalah bunyi ujaran, bahasa adalah suatu
sistem, bahasa bersifat unik, bahasa dapat berubah dari waktu ke waktu, dan
juga bahasa bersifat empiris.
B. Subdisiplin Linguistik
Subdisiplian linguistik
meliputi linguistik umum, linguistik deskriptif, linguistik komparatif,
linguistik struktural, linguistik anntropologis, dan sebagainya.
Berdasarkan objek kajiannya,
linguistik mengkaji bahasa secara umum. Berdasarkan masa kajiannya, dikenal
adanya linguistik sinkronik dan diakronik. Linguistik sinkronik mengkaji bahasa
pada masa tertentu, sedangkan linguistik diakronik mengkaji bahasa dari waktu
ke waktu yang bertujuan mengetahui sejarah struktural bahasa. Dalam hubungannya
dengan faktor-faktor di luar bahasa dibedakan adanya linguistik mikro dan
linguistik makro. Studi linguistik mikro sesungguhnya merupakan studi dasar
linguistik sebab yang dipelajari adalah struktur internal bahasa itu. Sedangkan
linguistik makro lebih banyak membahas faktor luar bahasa daripada struktur
internal bahasa. Berdasarkan tujuannya, penyelidikan linguistik lebih banyak
untuk keperluan terapan daripada teoritis. Kemudian berdasarkan alirannya,
dikenal adanya linguistik tradisional, linguistik struktural, dan linguistik
transformasional.
C. Analisis Linguistik
Dalam linguistik dikenal adanya
analisis bawahan langsung, analisis rangkaian unsur, dan analisis proses unsur.
Analisis bawahan langsung mengasumsikan bahwa setiap satuan bahasa terdiri dari
dua buah konstituen yang langsung membangun satuan itu. Misanya, satuan bahasa dimakan, unsur langsungnya adalah di dan makan. Analisis rangkaian
unsur mengajarkan bahwa setiap satuan bahasa dibentuk dari unsur-unsur lain.
Misalnya, satuan kedinginan terdiri
dari dingin + ke-/-an. Berbeda dengan analisis rangkaian unsur, analisis proses
unsur menganggap setiap satuan bahasa merupakanhasil dari proses pembentukan.
Jadi, bentuk kedinginan adalah hasil
dari proses konfiksasi ke-/-an dengan
dasar dingin.
D. Manfaat Linguistik
Linguistik akan memberi manfaat langsung
pada mereka yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa,
seperti linguis, guru, penerjemah, penyusun buku pelajaran, penyusun kamus, dan
para jurnalis.
Bagi
guru terutama guru bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari
subdisiplin fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, sampai
dengan pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan
kebudayaan.
3.
OBJEK
LINGUISTIK: BAHASA
A.
Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang bermakna dan bersifat arbitrer yang digunakan oleh para
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,dan
mengidentifikasikan diri.
B.
Hakikat Bahasa
·
Bahasa
sebagai Sistem
Kata sistem berarti
‘cara’ atau ‘aturan’. Dalam kaitannya dengan keilmuan, sistem berarti susunan
teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai
suatu sistem, bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistemis artinya
bahasa itu tersusun menurut suatu pola. Adapun sistemis artinya bahasa itu
bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari subsistem-subsistem.
·
Bahasa
sebagai Lambang
Lambang
dengan segala seluk-beluknya dikaji orang dalam kegitan ilmiah dalam bidang
semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam dalam
kehidupan manusia termasuk bahasa. Dalam bahasa Indonesia untuk konsep
‘binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’ dilambangkan berupa bunyi [kuda]
sedangkan dalam bahasa lain, lain pula lambangnya. Dalam bahasa Jawa lambangnya
adalah berupa bunyi [jaran], dan dalam bahasa Inggris berpa bunyi yang ditulis
[horse].
·
Bahasa
adalah Bunyi
Pada dasarnya, bahasa adalah
suatu sistem lambang bunyi. Yang dimakud bunyi pada bahasa adalah bunyi-bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dalam linguistik, yang disebut bahasa
yang primer adalah yang diucapkan, yang keluar dari alat ucap manusia. Adapun
bahasa tulisan hanya bersifat sekunder.
·
Bahasa
itu Bermakna
Yang dilambangkan bahasa
itu adalah suatu pengertian, konsep, ide, atau suatu pikiran ingin disampaikan
dalam wujud bunyi. Oleh karena lambang itu mengacu suatu konsep, ide, atau
pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Misalnya
lambang bahasa yang berwujud bunyi [kuda]. Lambang itu mengacu pada konsep
‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai.
·
Bahasa
itu Arbitrer
Kata arbitrer bisa
diartikan sewenang-wenang,berubah-ubah, atau manasuka. Yang dimaksud dengan
istilah arbtrer adalah tidak adanya hubugan wajib antara lambang bahasa dengan
konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Umpamanya antara
[kuda] dengan yang dilambangkannya, yaitu ‘sejenis binatang berkaki empat yang
biasa dikendarai’. Kita tidak bisa menjelaskan mengapa binatang tersebut
dilambangkan dengan kuda. Mengapa misalnya, bukan [aduk] atau [akud] atau
lambang lainnya.
·
Bahasa
itu Konvensional
Meskipun hubungan antara
lambang bunyi dengan yang dilambanginya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan
lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya,
semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu
itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Kalau misalnya, binatang
berkaki empatyang biasa dikendarai , maka anggota masyarakat bahasa Indonesia
harus mematuhinya.
·
Bahasa
itu Produktif
Bahasa dikatakan produktif,
maksudnya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dapat dibuat satuan-satuan
bahasa yang yang jumlahnya tidak terbatas. Misalnya, jumlah fonem bahasa Jawa
itu kurang dari 30, tetapi bisa dibuat kata atau kalimat yang tidak terbatas
jumlahnya.
·
Bahasa
itu Unik
Bahasa
dikatakan unik artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak
yang tidak dimiliki olah bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem
bunyi, sistem pembentukan kata atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikan
bahasa Jawa tekanan kata tidak bersifat morfemis melainkan sintaksis.
·
Bahasa
itu Universal
Bahasa
bersifat universal artinya ada ciri-ciri sama yang dimiliki oleh setiap
bahasa yang ada di dunia ini. Bahasa itu
berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa
bahasa itu mempunyai vokal dan konsonan.
·
Bahasa
itu Dinamis
Bahasa
adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan
manusia. Karena kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka
bahasa itu juga ikut berubah, menjadi tidak statis. Oleh karena itu, bahasa disebut
dinamis.
·
Bahasa
itu Bervariasi
Dalam
variasi bahasa dikenal adanya tiga istilah, yaitu idiolek, dialek, dan ragam.
Idiolek adalah variasi bahasa yang
bersifat perseorangan. Dialek adalah variasi yang digunakan oleh sekelompok
anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya, Bahasa Jawa
dialek Banyumas, bahasa Jawa dialek Surabaya,
dan sebagainya. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi
atau keperluan tertentu.
·
Bahasa
itu Manusiawi
Bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia bersifat
arbitrer dan bermakna. Adapun binatang tidak mempunyai bahasa. Dengan demikian,
bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya
dapat digunakan oleh manusia.
C. BAHASA DAN FAKTOR LUARNYA
·
Masyarakat
Bahasa
Masyarakat bahasa adakah
masyarakat yang dapat berkomunikasi dengan bahasa mereka tanpa hambatan.
Misalnya,jika sesama orang Indonesia
menggunakan bahasa Indonesia,
maka dia menjadi anggota masyarakat Bahasa Indonesia. Sedangkan jika pada
kesempatan lain, dia menggunakan bahasa daerah, maka ia menjadi anggota
masyarakat bahasa daerah.
·
Variasi
dan Status Sosial Bahasa
Bahasa itu
bervariasi karena anggota masyarakat
penutur bahasa itu sangat beragam. Ada
dua macam variasi bahasa yang dibedakan
berdasarkan status pemakainya, yaitu variasi bahasa tinggi dan variasi bahasa
rendah. Variasi bahasa tinggi digunakan dalam situasi resmi dan harus
dipelajari melalui pendidikan formal. Sedangkan variasi bahasa rendah digunakan
dalam situasi tidak resmi dan dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum.
·
Penggunaan
Bahasa
Dalam berkomunikasi
lewat bahasa harus memperhatikan beberapa faktor yang meliputi lawan
bicara,topik, situasi, tujuan,jalur (lisan atau tertulis), dan ragam bahasa
yang digunakan.
·
Kontak
Bahasa
Dalam masyarakat
terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangananggota dari
masyarakat lain, akan terjadi kontak bahasa. Hal yang sangat menonjol yang bisa
terjadi dari adanya kontak bahasa adalah terjadinya bilingualisme dan
multilingualisme, dengan berbagai macam kasusnya, seperti interferensi,
integrasi, alih kode dan campur kode.
·
Bahasa
dan Budaya
Bahasa mempengaruhi
kebudayaan, dan kebudayaan juga mempengaruhi bahasa. Karena begitu eratnya
hubungan antara bahasa dan kebudayaan,maka diibaratkan sebagai dua sisi mata
uang, dua dal yang tidak dapat dipisahkan.
D. KLASIFIKASI BAHASA
·
Klasifikasi
genetis → Berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa itu
·
Klasifikasi
tipologis → Berdasarkan tipe yang terdapat dalam sejumlah bahasa.
·
Klasifikasi
areal → Berdasarkan adanya hubungan timbal balik antar bahasa dalam suatu
wilayah tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau
tidak
·
Klasifikasi
sosiolinguistik → Berdasarkan hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku
dalam masyarakat.
E. BAHASA TULIS DAN SISTEM AKSARA
Objek kajian primer
linguistik adalah bahasa lisan, sedangkan objek sekundernya adalah bahasa
tulis. Bahasa tulis merupakan rekaman dari bahasa lisan yang sudah dibuat orang
dengan pertimbangan. Dalam bahasa tulis kita mengenal adanya aksara. Aksara
adalah keseluruhan sistem tulisan, misal aksaralatin dan aksara arab. Adapun
jenis-jenis aksara yaitu aksara piktografis, ideografis, silabis, dan fonemis.
4.
TATARAN
LINGUISTIK (1): FONOLOGI
- FONETIK
Fonetik adalah bidang
linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi
tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Menurut proses
terjadinya bunyi bahasa itu dibedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu fonetik
artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditoris.
- Alat Ucap
Dalam fonetik
artikulatoris, hal pertama yang dibicarakan adalah alat ucap manusia untuk
menghasilkan bunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan untuk menghasilkan
bunyi bahasa ini mempunyai fungsi lain
yang bersifat biologis. Nama-nama alat ucap manusia antara lain: paru-paru,
tenggorok, pita suara, krikoid, tiroid, aritenoid, epiglotis, lidah,
langit-langit, gigi, bibir, mulut dan rongga hidung.
- Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa
pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru
melalui pangkal tenggoarok ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita
suara.
- Tulisan Fonetik
Tulisan fonetik dibuat
untuk keperluan studi fonetik. Tulisan fonetik dibuat berdasarkan huruf-huruf
dari aksara latin, yang ditambah dengan sejumlah tanda diakritik dan sejumlah
modifikasi terhadap huruf latin tersebut.
- Klasifikasi Bunyi
a) Klasifikasi Vokal
Bunyi vokal biasanya
diklasifikasikan berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut, misalnya:
[i] adalah vokal depan
tinggi tak bundar
[e] adalah vokal depan
tengah tak bundar
[o] adalah vokal
belakang tengah bundar
[a] adalah vokal pusat
rendah tak bundar
b) Diftong
Disebut
diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi pada
bagian awal dan bagian akhirnya tidak sama. Berdasarkan posisi unsus-unsurnya,
dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Diftong naik ialah jika
vokal yang kedua diucapkan dengan
posisi lidah lebih tinggi daripada yang pertama. Bahasa Indonesia mempunyai
tiga jenis diftong naik, yaitu: [aI], [oI] dan [aU]. Sedangkan diftong turun
ialah jika justru posisi lidah yang kedua diucapkan lebih rendah dari yang
pertama. Misalnya, bunyi [ ai] dalam bahasa Indonesia termasuk diftong turun.
c) Klasifikasi Konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya
dibedakan berdasarkan tiga patokan atau kriteria, yaitu:
-
Berdasarkan posisi pita suara, dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak
bersuara.
-
Berdasarkan tempat artikulasi, dibedakan adanya konsonan bilabial, labiodental,
lamino alveolar, dan dorsovelar.
-
Berdasarkan cara artikulasinya, dapat dibedakan adanya konsonan hambat,
geseran, paduan, nasal, getaran, sampingan, dan hampiran.
- Unsur Suprasegmental
Dalam
arus ujaran ada bunyi yang dapat disegmentasikan, disebut bunyi segmental.
Tetapi yang berkenaan dengan keras lembut, panjang pendek dan jeda tidak dapat
disegmentasikan.Bagian dari bunyi yang tidak dapat disegmentasikan tersebut
disebut bunyi suprasegmental. Dalam unsur suprasegmental dibedakan atas
tekanan, nada,jeda, dan silabel atau suku kata.
- FONEMIK
- Identifikasi Fonem
Untuk
mengetahui apakah sebuah bunyi merupakan fonem atau bukan, kita harus mencari
sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut. Lalu
membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip denagn satuan bahasa yang
pertama.
- Alofon
Alofon
adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem. Misalnya fonem
/t/ mempunyai dua buah alofon, yaitu bunyi [t] dan [th].
- Klasifikasi Fonem
Kriteria
terhadap fonem sama dengan kriteria yang dipakai untuk klasifikasa bunyi, maka
penamaan fonem pun sama dengan penamaan bunyi.
- Khasanah Fonem
Khasanah
fonem adalah banyaknya fonem dalam satu bahasa. Menurut catatan para pakar,
yang paling sedikit jumlah fonemnya adalah bahasa penduduk asli di pulau Hawai,
yaitu hanya 13 buah. Sedangkan yang jumlah fonamnya paling banyak adalah bahasa
di Kaukasus, yaitu sebanyak 75 buah fonem.
- Perubahan Fonem
a) Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi
adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat
dari bunyi yang ada di lingkungannya. Misalnya, kata Sabtu dalam bahasa Indonesia lazim di ucapkan [saptu], di mana
terlihat bunyi bunyi /b/ brubah menjadi /p/ sebgai akibat pengaruh bunyi bunyi
/t/. Sedangkan disimilasi adalah perubahan bunyiyang menyebabkan dua buah fonem
yang sama menjadi berbeda. Contoh yang ada dalam bahasa Indonesia ialah kata cipta dan cinta, yang berasal dari bahasa sansekerta citta. Kita lihat, pada kata citta
berubah menjadi bunyi [pt] pada kata cipta dan menjadi bunyi [nt] pada kata cinta.
b) Metatesis dan Epentesis
Proses
metatesis bukan mengubah bentuk fonem menjadi fonem yang lain, melainkan
mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata. Misalnya, bentuk sapu, ada bentuk apus dan usap. Sedangkan dalam proses epetesis
sebuah
fonem tertentu, biasanya yang
homorgan dengan lingkungannya, disisipkan ke dalam sebuah kata. Misalnya, dalam
bahasa Indonesia ada sampi di samping
sapi, ada jumblah di samping jumlah.
Dalam kasus sampi dan sapi ada bunyi [m] yang disisipkan di
tengah kata, dan pada kasus jumblah
dan jumlah ada bunyi [b]
yang disisipkan dalam tengah kata.
5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI
- MORFEM
- Identifikasi Morfem
Untuk menentukan sebuah
satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk
tersebut dengan di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk
tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka
bentuk tersebut adalah sebuah morfem. Sebagai contoh kita ambil bentuk [kedua] dalam ujaran di atas. Ternyata bentuk [kedua] dapat kita
bandingkan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut.
kedua
ketiga
keempat
kelima
Ternyata juga semua
bentuk ke pada daftar di atas dapat
disegmentasikan sebagai satuan satuan tersendiri dan mempunyai makna yang sama,
yaitu menyatakan tingkat. Dengan demikian bentuk ke pada daftar di atas, bisa disebut sebagai sebuah morfem.
- Morf dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah
dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk semua
bentuk yang belum diketahui statusnya, sedangkan alomrf adalah nama untuk
bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya.
- Klasifikasi Morfem
a) Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem bebas adalah
morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam penuturan. Dalam
bahasa Indonesia, misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah
termasuk morfem bebas. Sebaliknya, yang dimaksud morfem terikat adalah morfem
yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam
pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat.
b) Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Semua morfem dasar bebas
adalah termasuk morfem utuh, seperti {meja}, {kursi}, {kecil}, {laut} dan
{pensil}. Begitu juga dengan sebagian morfem terikat, seperti {ter-}, {ber-},
{henti}, dan {juang}. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah yandg terdiri dari
dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu {satu} dan satu morfem
terbagi, yakni {ke/an}.
c) Morfem Segmental dan Suprasegmental
Morfem segmental adalah
morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah},
{sikat}, dan {ber}. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk
oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
d) Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal,
dan Akar
Istilah morfem dasar
biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan afiks lain. Morfem dasar ini ada
yang termasuk morfem terikat, seperti {juang}, {henti}, dan {abai}; tetapi ada
juga yang termasuk morfem bebas, seperti {beli}, {lari}, dan {kucing}. Selain
itu, termasuk juga afiks, seperti {ber-}, {ter-}, dan {-kan}.
Sebuah morfem dasar
dapat menjadi sebuah bentuk dasar dalam suatu proses morfologi. Istilah bentuk
dasar biasanya digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam
suatu proses morfologi. Bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi
dapat juga berupa gabungan morfem. Umpamanya dalam kata berbicara yang terdiri dari morfem ber- dan bicara, maka
bicara adalah menjadi bentuk dasar.
Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk
dasar dalam proses pembubuhan afiks inflektif. Dalam bahasa Indonesia kata menangisi bentiuk pangkalnya adalah tangisi, dan morfem me- adalah sebuah afiks inflektif.
Akar (root) digunakan
untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya,
akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya, baik afiks
infleksional maupun afiks derivasionalnya ditanggalkan. Misalnya, kata Inggris untouchables akarnya adalah touch.
- KATA
- Hakikat Kata
Batasan kata yang umum
kita jumpai dalam berbagai buku linguistik Eropa adalah bahwa kata merupakan
bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak
berubah, dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat.
Batasantersebut menyiratkan dua hal. Pertama,
bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya urutannya tetap dan
tidak dapat diselipi oleh fonem lain. Jadi, misalnya, kata sikat, uruta fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/, dan /t/. Urutan
itu tidak dapat diubah menjadi /s/, /k/, /a/, /i/, dan /t/. Atau diselipi fonem
lain, misalnya, menjadi /s/, /i/, /u/, /k/, /a/, dan /t/.
- Klasifikasi Kata
Para tata bahasawan tradisional
menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi dalam klasifikasi kata. Kriteria
makna digunakan untuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan adjektifa.
Sedangkan kriteria fungsi untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi,
adverbia, pronomina, dan lain-lain.
Para tata bahasawan strukturalis membuat
klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau
konstruksi. Misalnya, yang disebut nomina adalah katayang dapat berdistribusi
di belakang kata bukan. Jadi,
kata-kata seperti buku, pensil dan nenek adalah termasuk nomina, sebab dapat berdistribusi dengan kata
bukan itu.
- Pembentukan Kata
a) Inflektif
Pembentukan kata secara
inflektif tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas
leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Banyak penulis barat, termasuk Verhaar
(1978), menyatakan bentuk-bentuk seperti membaca,
dibaca, terbaca, kaubaca, dan bacalah
adalah paradigma infleksional.
b) Derivatif
Pembentukan kata
derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama
dengan kata dasarnya. Contoh dalam bahasa Indonesia, misalnya, dari kata air yang berkelas nominadibentuk menjadi
mengairi yang berkelas verba.
- PROSES MORFEMIS
- Afiksasi
Afiksasi adalah proses
pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat
unsur-unsur (1) bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang
dihasilkan.
- Reduplikasi
Reduplikasi adalah
proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara
sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. Dalam linguistik Indonesia lazim
digunakan sejumlah istilah sehubungan dengan bahasa Jawa dan bahasa Sunda.
Istilah-istilah itu adalah (a) dwilingga,
yakni pengulangan morfem dasar, seperti meja-meja
dan mlaku-mlaku;
(b) dwilingga salin suara, yakni
pengulangan morfem dasar dengan perubahan vokal dan fonem lainnya, seperti bolak-balik dan mondar-mandir; (c) dwipurwa,
yakni pengulangan silabel pertama, seperti lelaki
dan pepatah; (d) dwiwasana, yakni pengulangan pada akhir
kata, seperti cengengesan; (e) trilingga, yakni pengulangan morfem
dasar sampai dua kali, seperti dag-dig-dug
dan cas-cis-cus.
- Komposisi
Komposisi adalah hasil
dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas
maupun terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikalyang
baru. Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, lalu lintas, daya juang,
dan rumah sakit dalam bahasa
Indonesia; akhirukalam, malaikalmaut, dan hajarulaswat dalam bahasa Arab; Kemudian blackboard, bluebird, dan
greenhouse dalam bahasa Inggris.
- Pemendekan
Pemendekan adalah proses
penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah
sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya..
Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya halaman),
dan SD (utuhnya Sekolah Dasar).
- MORFOFONEMIK
Morfofonemik adalah
peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik
afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Perubahan fonem dalam proses
morfofonemik ini dapat berwujud:
a) pemunculan fonem
Pemunculan fonem dapat di
jumpai dalam proses pengimbuhan prefiks me-
dengan bentuk dasar baca yang menjadi
membaca, di mana terlihat muncul
konsonan sengau /m/.
b) pelepasan fonem
Pelepasan fonem dapat kita
lihat dalam proses pengimbuhan akhiran wan
pada kata sejarah di mana fonem
/h/ pada kata sejarah itu hilang.
c) peluluhan fonem
Proses peluluhan fonem
dapat kita temukan dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- pada kata sikat di
mana fonem /s/ pada kata sikat itu
diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/ dari prefiks tersebut.
d) perubahan fonem
Proses perubahan fonem
dapat di lihat pada proses pengimbuhan
prefiks ber- pada kata ajar di mana fonem /r/ dari prefiks itu menjdi fonem
/l/.
6. TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS
- STRUKTUR SINTAKSIS
Secara umum struktur
sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan
keterangan (K). Keempat fungsi itu tidak harus selalu ada dalam setiap struktur
sintaksis. Para ahli tata bahasa tradisional
berpendapat bahwa fungsi subjekharus diisioleh kategori nomina, predikat oleh
kategori verba, fungsi objek oleh kategori nomina, dan keterangan oleh kategori
adverbia.
- KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Dalam pembicaraan kata
sebagaisebagai pengisi satuan sintaksis, dibedakan ada dua macam kata, yaitu
kata penuh dan kata tugas. Yang merupakan kat penuh adalah kata-kata yang
termasuk kategori nomina, verba, adverbia, dan numeralia. Sedangkan yang
termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi.
- FRASE
- Pengertian Frase
Frase adalah gabungan
kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam
kalimat. Konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah frase, sedangkan konstruksi tata boga dan interlokal bukan frase, karena boga
dan inter adalah morfem terikat.
- Jenis Frase
a) Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah
frase yang komponen-komponennya tidak
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase
eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif dan frase
eksosentris yang nondirektif. Frase eksosentris yang direktif komponen
pertamanya berupa preposisi, seperti di,
ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang
biasanya berkategori nomina. Frase eksosentrik yang nondirektif komponen
pertamanya berupa
artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum.
Sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina,
ajektifa, atau verba.
b) Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah
frase yang salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya.
Misalnya, sedang membaca dalam
kalimat (I), komponen keduanya yaitu membaca dapat menggantikan frase tersebut,
sehingga menjadi kalimat (II). Perhatikan !
I.
Nenek
sedang membaca komik di kamar.
II.
Nenek
membaca komik di kamar.
c) Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah
frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama
dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi
koordinatif, baik yang tunggal seperti dan,
tetapi, atau, maupun konjungsi
terbagi seperti baik….baik, makin….makin, dan baik….maupun. Contoh: sehat dan
kuat, buruh atau majikan, makin terang makin baik, dan dari, oleh, dan untuk rakyat.
d) Frase Apositif
Frase apositif adalah
frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, sehingga
urutan komponennya dapat ditukar. Misalnya, frase apositif Pak Ahmad guru
sayadalam kalimat (III) dapat diubah susunannya seperti pada kalimat (IV).
III.
Pak
Ahmad, guru saya, rajin sekali.
IV.
Guru
saya, Pak Ahmad, rajin sekali.
- Perluasan Frase
Perluasan frase adalah
frase dapat tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang
ditampilkan. Umpamanya, frase di kamar
tidur dapat diperluas dengan diberi komponen baru, misalnya, di kamar tidur saya, di kamar tidur ayah, dan di kamar tidur belakang.
- KLAUSA
- Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan
sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, dalam
konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang
berfungsi sebagai predikat, subjek,
objek, dan juga keterangan. Misalnya, konstruksi
nenek mandi
adalah sebuah klausa karena hubungan komponen nenek dan komponen mandi bersifat
predikatif. Nenek adalah pengisi
fungsi subjek dan mandi adalah
pengisi fungsi predikat.
- Jenis Klausa
a) Berdasarkan Strukturnya
Berdasarkan strukturnya
dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Yang dimaksud klausa
bebas adalah klaus yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya
mempunyai subjek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjaadi kalimat
mayor. Misalnya klausa nenekku masih cantik dan kakekku gagah berani, yang masing-masing hanya dengan diberi
intonasi final sudah menjadi kalimat mayor.
Berbeda dengan klausa
bebas,klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Unsur yang ada dalam
klausa ini mungkin hanya subjek saja, objek saja, atau hanya keterangan saja.
Umpamanya, konstruksi tadi pagi yang
bisa menjadi jawaban dari pertanyaan: Kapan
nenek mambaca komik?
b) Berdasarkan Kategori Unsur Segmental
Berdasarkan kategori
unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verbal,
nomina, ajektifa, adverbia, dan preposisional. Klausa verba adalah klausa yang
predikatnya berkategori verba. Misalnya, klausa nenek mandi, sapi itu berlari,
dan matahari terbit. Klausa nomina
adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal, contohnya, petani, dosen linguistik, dan satpam
bank swasta. Klausa ajektifa adalah klausa yang predikatnya berkategori
ajektifa, baik berupa kata maupun frase. Misalnya, klausa bumi ini sangat luas dan gedung
itu sudah tua sekali. Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya
berupa adverbia. Contohnya, klausa bandelnya
teramat sangat. Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa
frase yang berkategori preposisi. Misalnya, nenek
di kamar. Terakhir, klausa
numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia.
Misalnya, gajinya lima juta perbulan.
- KALIMAT
- Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan
sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yag biasanya berupa klausa,
dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta dengan intonasi final.
- Jenis Kalimat
a) Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti
Kalimat inti adalah
kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap, bersifat deklaratif,
aktif, atau netral, dan afirmatif.
b) Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah
kalimat yang klausanya hanya satu. Berikut beberapa contoh kalimat tunggal
dalam bahasa Indonesia
i)
Nenekku
masih cantik.
ii)
Mereka
bernyanyi dan menari sepanjang malam.
iii)
Bacalah
keras-keras!
Kalau dalam sebuah
kalimat terdapat lebih darisatu klausa, maka kalimat itu disebut kalimat
majemuk. Misalnya
i)
Nenek
melirik, kakek tersenyam, dan adik tertawa-tawa.
ii)
Kalau
nenek pergi, kakek pun ikut pergi.
c) Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Kalimat yang klausanya
lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat, maka disebut
kalimat mayor. Berikut ini daftar contoh kalimat mayor
i) Nenek berlari pagi.
ii)Banjir kiriman datang
dari Bogor.
Kalau klausanya tidak
lengkap,entah hanya terdiri dari subjek saja, objek saja, ataukah keterangan
saja, maka kalimat tersebut disebut kalimat minor. Contoh-contoh kalimat minor
i)
Halo!
ii)
Dilarang merokok.
d) Kalimat Verbal dan Kalimat
non-Verbal
Kalimat verbal adalah
kalimat yang dibentuk dari klausa verbal. Berkenaan dengan dengan banyaknya
jenis verba, maka dibedakan pula adanya kalimat transitif, kalimat intransitif,
kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat dinamis, kalimat statis dan kalimat
reflektif. Contoh kalimat verbal
i)
Dika
menendang bola.
ii)
Kakek
menulis surat.
Kalimat nonverbal adalah
kalimat yang predikatnya bukan verba, bisa nomina, ajektifa, numeral, dan
preposisional. Kalimat-kalimat berikut adalah contoh kalimat nonverba itu.
i)
Mereka
bukan penduduk desa ini.
ii)
Mereka
rajin sekali.
e) Kalimat Bebas dan Kalimat terikat
Kalimat bebas adalah
kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai
sebuah wacana tanpa bantuan konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat
terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap.
Perhatikan teks berikut
Sekarang di Riau amat
sukar mencari terubuk (1). Janagnkan ikannya, telurnya pun sangat sukar
diproleh (2). Kalau pun bisa diperoleh, harganya melambung selangit (3).
Kalimat (1) pada teks diatas adalah satu contoh
kalimat bebas. Sedangkan kalimat (2) dan (3) adalah kalimat terikat.
- WACANA
- Pengertian Wacana
Wacana adalah satuan
bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan
gramatikal tertinggi dan terbesar.
- Alat Wacana
Alat-alat gramatikal
yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif, antara lain:
konjungsi, kata ganti, elipsis, dan hubungan sebab akibat.
- Jenis wacana
Dilihat adanya wacana
lisan dan wacana tulis berkenaan dengan sarananya, yaitu bahasa lisan atau
bahasa tulis. Kemudian ada pembagian wacana
prosa dan wacana puisi dilihat
dari penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah bentuk puitik.
Selanjutnya, wacana prosa ini dilihat
dari penyampaian isinya dibedakan lagi menjadi wacana narasi, wacana
eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi.
- CATATAN MENGENAI HIERARKI SATUAN
Urutan hierarki adlah urutan normal
teoritis. Tersirat pengertian bahwa satuan yang satu tingkat lebih kecil akan
akan membentuk satuan yang lebih besar. Jadi,fonem membentuk morfem, lalu
morfem akan membentuk kata, kemudian kata akan frase, selanjutnya frase akan
membentuk klausa, sesudah itu klausa akan akan membentuk kalimat, dan akhirnya,
kalimat akan membentuk wacana.
7. TATARAN
LINGUISTIK (4): SEMANTIK
- HAKIKAT MAKNA
Berdasarkan teori yang dikembangka
dari pandangan Ferdinand de Saussure bahwa makna adalah ‘pengertian’ atau
‘konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Menurut
Ferdinand de Saussure setiap tanda linguistik terdiri dari dua komponen, yaitu
signifian dan signifie. Umpamanya tanda linguistik berupa <meja>, terdiri
dari komponen sifnifian, yaitu berupa runtunan fonem /m/, /e/, /j/, /a/; dan
komponen signifienya berupa makna ‘sejenis perabot rumah tangga’.
- JENIS MAKNA
- Makna leksikal,Gramatikal, dan Kontekstual
Makna leksikal adalah makna yang ada
pada leksem meski tanpa konteks apapun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang
biasa dikendarai’. Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal,
seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Misalnya, dalam proses afiksasi
prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal
‘memakai baju’. Makna konstektual adalah makna sebuah leksem yang berada dalam satu konteks.
- Makna Referensial dan non-Referensial
Sebuah kata atau leksem disebut
bermakna referensial kalu ad referensinya atau acuannya. Kata-kata seperti kuda , merah, dan gambar adalah
termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia
nyata. Sebaliknya, kata-kata seperti dan,
atau, dan karena adalah termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial,
karena kata-kata itu tidak mempunyai referens.
- Makna Denotatif dan Makna konotatif
Makna denotatif adalah makna asli
atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Misalnya, kata babi
bermakna denotatif ‘sejenis binatang yang biasa diternakkan untuk dimanfaatkan
dagingnya’. Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna
denotatif. Umpamanya kata babi, pada
orang yang beragama Islam mempunyai konotasi yang negatif, ada perasaan yang
tidak enak bila mendengar kata itu.
- Makna Idiom dan Peribahasa
Idiom adalah satuan ujaran yang
maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya. Umpamanya, secara
gramatikal bentuk menjual rumah
bermakna ‘yang menjual menerima uang dan yang membeli menerima rumahnya’.
Berbeda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang dapat ditelusuri makna
unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna asli dengan maknanya
sebagai peribahasa. Misalnya, peribahasa seperti
anjing dengan kucing yang bermakna ‘dikatakan ihwal dua orang yang tidak
pernah akur’. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersama memang selalu berkelahi.
- RELASI MAKNA
- Sinonim
Sinonim adalah hubungan semantik
yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan
ujaran yang lain. Misalnya, antara kata betul
dengan kata benar.
- Antonim
Antonim adalah hubungan semantik
antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan.atau
pertentangan antara yang satu dengan yang lain. Misalnya, kata buruk berantonim dengan kata baik.
- Polisemi
Sebuah kata disebut polisemi kalau
kata itu mempunyai makna lebih dari satu. Umpamanya kata kepala yang setidaknya mempunyai makna bagiian tubuh manusia, ketua
atau pimpinan, sesuatu yang berbentuk bulat, dan bagian yang sangat penting.
- PERUBAHAN MAKNA
Secara sinkronis makna sebuah kata
tidak aknan berubah,tetapi secara diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: perkembangan dalam bidang
ilmu dan teknologi, perkembangan sosial budaya, perkembangan pemakaian
kata,pertukaran tanggapan indra, dan adanya asosiasi.
- MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN MAKNA
- Medan Makna
Medan makna adalah seperangkat unsur
leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan dari bidang
kebudayaan atau realitas dalam alam semesta. Misalnya, nama-nama warna,
nama-nama perabot rumah tangga, atau nama-nama perkerabatan, yang masing-masing
merupakan satu medan
makna. Contohnya, medan
warna dalam bahasa Indonesia adalah merah,
kuning, hijau, coklat, biru, putih, dan hitam.
- Komponen Makna
Setiap kata atau leksem tentu
mempunyai makna. Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri atas sejumlah
komponen, yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Umpamanya, kata ayah memiliki komponen makna /manusia/
/dewasa/, /jantan/, /kawin/, dan /punya anak/.
8. SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
- LINGUISTIK TRADISIONAL
- Linguistik Zaman Yunani
Studi bahasa pada zaman yunani
mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari lebih kurang abadke-5 S.M.
sampai lebih kurang abad ke-2 M. jadi, kurang lenih sekitar 600 tahun. Masalah
pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu adalah (1)
pertentangan antara fisis dan nomos, dan (2) pertentangan antara analogi dan
anomali. Dari studi bahasa zaman Yunani kita mengenal nama-nama beberapa kaum
yang mempunyai peran besar dalam studi bahasa, antara lain: kaum Shopis, Plato,
Aristoteles, kaum Stoik, dan kaum Alexandrian.
- Zaman Romawi
Studi bahasa pada zaman Romawidapat dianggap
kelanjutan dari zaman Yunani, sejalan dengan jatuhnya Yunani, dan munculnya
kerajaan Romawi. Boleh dikatakan orang Romawi mendapat pengalaman dakam bidang
linguistik dari orang Yunani.Tokoh pada zaman Yunani yang terkenal antara lain,
Varno (116-27 S.M.) dengan karyanya De
Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.
- Zaman Pertengahan
Studi pada zaman
pertengahan di Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf
skolastik, dan bahasa latin menjadi lingua
franca, karena dipakai sebagaibahasa gereja, bahasa diplomasi, danbahasa
ilmu pengetahuan. Dari zaman pertengahan ini patut dibicarakan dalam studi
bahasa, anatara lain, adalah peranan Kaum
Modistae, TataBahasa Spekulativa,
dan Petrus Hispanus.
- Zaman Renaisans
Zaman renaisans dianggap
sebagai zaman pembukaan abad pemikiran modern. Dalam sejarah studi bahasa ada
dua hal pada zaman renaisans yang menonjol dan perlu dicatat, yaitu: (1) selain
menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasa
Yunani, Ibrani,dan arab. (2) bahasa-bahasa Eropa juga mendapat perhatian dalam
bentuk pembahasan dan juga perbandingan.
- Menjelang Lahirnya Linguistik Modern
Pada masa antara
lahirnya linguistik modern dengan masa berakhirnya renaisans ada satu tonggak
yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tonggak yang dianggap
sangatpenting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antarabahasa
Sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa-bahasa Jerman
lainnya.
- LINGUISTIK STRUKTURALIS
- Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure
(1857-1913) dianggap sebagai bapak Linguistik Modern berdasarkan
pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique
Generale yang disusun oleh Charles Bally dan Albert Sechehay. Pandangan
yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep: (1) telaah sinkronik dan
diakronik, (2) perbedaan langue dan parole, (3) perbedaan signifiant dan
signifie, dan (4) hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
- Aliran Praha
Aliran Praha terbentuk
pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang tokohnya, yaitu Vilem Mathesius
(1882-1945). Tokoh-tokoh lain adalah Nikolai S. Trubetskoy, Roman Jakobson, dan
Morris Halle. Pengaruh mereka sangat besar di sekitar tahun tiga puluhan,
terutama dlam bidang fonologi.
- Aliran Glosematik
Aliran Glosematik lahir
di Denmark.
Tokohnya antara lain, Louis Hjemslev (1899-1965), yang meneruskan ajaran
Ferdinand de Saussure. Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk membuat ilmu
bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan
peralatan, metodologis dan terminologis sendiri.
- Aliran Firthian
Nama John R. Firth
terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi, dan dikenal dengan aliran
prosodi. Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menemukan arti pada tataran
fonetis.
- Linguistik Sistemik
Nama aliran linguistik
sistemik tidak dapat dilepaskan dari nama M.A.K. Halliday. Teori yang
dikembangkan oleh Halliday dikenal dengan nama Sistemic Linguistics atau linguistik Sistemik dalam bahasa Indonesia.
Pokok-pokok pandangannya, antara lain: perhatian penuh pada segi kemasyarakatan
bahasa, memandang bahsa sebagai pelaksana, pemberian ciri-ciri bahasa tertentu,
dan mengenal adanya gradasi.
- Leonard Bloomfield
Nama Leonard Bloomfield
(1877-1949)terkenal karena bukunya yang berjudul Language dan selalu dikaitkan dengan aliran struktural Amerika.
Nama strukturalisme lebih dikenal dan menyatu kepada nama aliran linguistik
yang dikembangkan oleh Bloomfield
, alah satu faktornya adalah pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi
masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum
diperikan.
- TENTANG LINGUISTIK DI INDONESIA
Pada awalnya, penelitian
bahasa di Indonesia
dilakukan oleh para ahli Belanda.dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk
kepentingan pemerintahan kolonial. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
pemerintah kolonial sangat memerlukan informasi mengenai bahasa-bahasa yang ada
di bumi Indonesia
untuk melancarkan jalannya pemerintahan kolonial di Indonesia.
Gema linguistik modern
baru tiba di Indonesia
pada akhir tahun lima
puluhan. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra dan di lembaga-lembaga
pendidikan guru sampai akhir tahun lima
puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat
bersifat normatif. Perkenalan dengan konsep-konsep linguistik modern, baru
terjadi sejak kepulangan sejumlah linguisIndonesia dari Amerika, seperti Anton
M. Moeliono dan T.W. Kamil.
Penyelidikan terhadap
bahasa-bahasa daerah Indonesia
dan bahasa nasional Indonesia,
banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia. Universitas Leiden di
negeri Belanda telah memounyai sejarah panjang dalam penelitian bahasa-bahasa
Nusantara.
Sesuai dengan fungsinya
sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara, maka bahasa
Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa
ini, baik di dalam maupun luar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar